Diet Sehat Hingga Sembuh dari GERD

Warning!
Baca dulu dua blog saya sebelumnya, biar kamu lebih relate . Klik ya 👇
Saya Sembuh dari Gerd tanpa Obat (I)
Saya Sembuh dari Gerd tanpa Obat (II)

Seperti cerita di blog sebelumnya, bahwa saya sembuh dari GERD tidak serta merta mulus. Dikehidupan nyatanya, banyak sekali kendala. Terutama dari penerapan gaya hidup yang disarankan Dr. Hiromi Shinya. Bisa sembuh dari GERD tanpa obat betul-betul memerlukan effort yang tidak gampang.

Karena ini berhubungan mengubah kebiasaan hidup buruk yang sudah terbangun bertahun-tahun. To destroy it not easy at all.

Jatuh bangun saya rasakan 3 bulan pertama, yaitu sekitar bulan Maret s.d Mei 2020. Yang dulunya (2 tahun terakhir sebelum saya jatuh sakit) saya dan suami itu bisa menghabiskan 3 porsi nasi plus ayam goreng plus soda ditengah malam.

Kami juga jarang berolahraga. Padahal sebelumnya saya sangat aktif berolahraga, mulai dari bermain bulutangkis, lari, sampai berenang. Saya yang anaknya sangat aktif otomatis menjadi pekerja kantoran full timer yang tidak punya waktu untuk berolahraga. Begitu juga dengan suami, padahal dulu dia sangat menyukai olahraga bola voli dan gym.

Selain itu, pola hidup saya dan suami yang LDR-an. Saat itu rasanya repot karena hanya harus memasak untuk seorang diri saja. Begitu juga dengan suami, dia lebih memilih makanan apa saja yang terdekat dengan rumah dinasnya

Saat itu, waktu tidur saya betul-betul sangat parah rusaknya. Saya bisa tidur hanya 3-4 jam dalam sehari dan terjaga bisa hampir 24 jam. Hal ini berhubungan erat dengan profesi saya yang dahulunya adalah seorang auditor.

Olahraga teratur, makan makanan yang sehat dan tidur yang cukup hanya khayalan ketika dulu menjadi auditor.

Baik. Akan saya coba jelaskan sedikit garis besarnya. Siapa tahu kalian juga pernah mengalaminya, biar kita sama-sama flashback sehingga kita bersama bisa mengurai benang kusut untuk permasalahan waktu kerja ini.

Jam kerja saya saat menjadi auditor adalah 25 hari kerja. Jadi hitungannya adalah hari, bukan perjam. Biaya SPPD (Perjalanan Dinas) apabila saya ngaudit ke luar kota (mostly ngaudit selalu keluar kota) itu dibayar 25 hari kalender. 25 hari kalender itu terhitung sabtu dan minggu juga. Jadi apabila sudah mendekati hari exit meeting, hari sabtu dan minggu juga biasanya saya pakai untuk mengejar deadline laporan.

Setelah masa pemeriksaan 25 hari kalender selesai, bukan berarti auditor tidur-tidur saja. Masih akan ada pengisian laporan kerja di aplikasi yang juga memiliki deadline waktu. Belum lagi ketika ada pemeriksaan-pemeriksaan khusus alias pemeriksaan yang merupakan permintaan langsung dari pusat.

Sekalinya bisa istirahat, maka waktu yang dipakai sudah pasti untuk tidur (beristirahat/berhibernasi) dan bercengkrama bersama keluarga dan teman-teman.

Pemeriksaan yang sudah pasti ada setiap tahunnya (pemeriksaan 25 kalender tadi) itu biasanya terjadi 4-5 kali dalam setahun. Belum lagi pemeriksaan-pemeriksaan dadakan yang kadang juga mengharuskan tim keluar kota. Jadi bisa disimpulkan, waktu saya dirumah bersama keluarga dan sahabat dekat paling-paling hanya 5 bulan selama setahun.

Dan 5 bulan dalam setahun itu belum tentu juga bisa saya pergunakan untuk diri saya sendiri (me time). Seperti yang saya jelaskan, saya sudah berkeluarga. Saya harus mengurus rumah dan suami. Belum lagi saya harus mengunjungi orangtua dan sanak saudara seketika pulang audit. Belum lagi harus bersosialisasi dengan para sahabat.

Bukannya mau mengeluh, tapi kalau betul-betul kalian bisa memahami pekerjaan semacam ini rasanya tidak manusiawi. Untuk saya loh ya. Kalau ada dari kalian yang sangat menyukai pekerjaan auditor ini silahkan saja. Ini hanya dari sudut pandang saya pribadi.

Memang uang yang dihasilkan ketika menjabat sebagai auditor sebenarnya bisa dibilang “easy money” banget. Kalau mau dinikmati bisa-bisa saja. Karena selain pekerjaannya yang hectic, jadi auditor bisa sekalian sebagai ajang untuk “berpergian naik pesawat dan tidur dihotel dengan gratis”. Namun tetap saja, sebanyak apapun uang, kalau kesehatan badan dan mental tidak bagus semuanya jadi percuma.

Nah, lanjut. Tahun 2020 bulan Maret pandemi Covid-19 datang ke Indonesia. Beruntungnya disaat itu juga suami saya di mutasi ke Medan. So, penantian panjang akan bisa hidup serumah sebagai pasutri akhirnya terwujud.

Tiga bulan pertama diawal pandemi kami menerapkan gaya hidup Dr. Hiromi Shinya, meskipun ada putus nyambungnya, ada bolong-bolongnya. Selama 3 bulan itu sudah terbentuk habit baik kami. Panduan hidup sehat dari Dr. Hiromi Shinya ada di blogku Saya Sembuh dari Gerd tanpa Obat (II).

Selama 3 bulan diawal itu, kami berusaha untuk Eating Clean. Semua makanan yang kami konsumsi, kami usahakan merupakan bahan alami dan tidak melalui proses memasak yang lama. No MSG at all. Gula pasir kami ganti dengan gula merah dan garam kami ganti dengan garam himalaya dengan takaran yang benar-benar sedikit. Untuk penambah rasanya kami mengadalkan bahan-bahan alami dari alam seperti tomat, daun bawang dan bumbu-bumbu rempahnya dibanyakin. Saya juga memperbanyak sayuran karena penyakit GERD membuat saya jadi sulit BAB dulunya.

Untuk porsi makan adalah kami mengikuti saran yang dianjurkan Kemenkes yaitu sebagai berikut:

Diambil dari website resmi Kementerian Kesehatan RI

Untuk jenis makanan yang akan kami konsumsi, besar kalorinya kami sesuaikan dengan rumus yang saya temukan dari Buku Yulia Baltschun – I Hate Diet. Intinya dari hasil hitungan ku berdasarkan rumus dalam buku tersebut, untuk berat badan dan tinggi badanku agar mencapai berat badan yang ideal, aku harus mengkonsumsi kalori sebanyak 1400 kalori setiap harinya. Bukan sekali makan loh ya!

Yulia Baltschun – I hate Diet
(Aku beli di Tokopedia)

Saran saya, untuk pemula diet wajib banget baca Buku Yulia Baltschun ini. Isinya banyak insight-insight, kisah-kisah inspiratif dan juga ilmu-ilmu kesehatan yang diulas dari junal kesehatan international langsung. Keren!

Perubahan nyata mulai terasa. Dari berat badanku yang semula 64 kg menjadi 58 kg. Berat badan suami juga turun, yang semula 87 kg menjadi 82 kg.

Itu perubahan yang cukup besar karena mengingat semua bajuku saat itu sudah tidak ada yang muat. Termasuk baju kantor bahkan baju rumah. Kemudian, dampak yang paling terasa adalah badan terasa lebih segar dan fit. Tidak gampang ngantuk dan semangat setiap kali bangun tidur.

Melihat perubahan itu, saya dan suami makin semangat menjalani pola hidup ini. Kami sering bertukar pikiran juga biar pola hidup ini bisa terus sama-sama kami jalankan. Agar tidak berat sebelah juga. Jadi ada beberapa penyesuaian juga.

Selanjutnya kami memutuskan untuk mulai rutin berolahraga. Yang awalnya cuman senam-senam kecil sembari menikmati matahari bersinar (yang dulu sempat dianjurkan pemerintah agar imun kita kuat menghadapi Covid-19) sampai ikutan senam Zumba secara online.

Dari senam zumba online, kami bosan dan mulai beralih ke olahraga lari. Dari yang semula hanya bisa 500 meter larinya, sampai sudah bisa lari 5 km non stop, lari tanpa jeda. Meskipun pace lari masih amburadul belum konsisten namun untuk saya yang kurang suka lari dulunya sekarang merasa sedih kalau tidak bisa lari karena cuaca diluar sedang hujan.

Kemudian dari lari, kami mulai berolahraga dirumah saja karena kebetulan saat itu saya sangat tergila-gila mengikuti Chloe Ting Challenge yang rutin dibagikannya di kanal Youtube dan websitenya. Ada banyak pilihannya yang bisa kalian lakukan. Dulu kami bisa olahraga Chloe Ting ini lima kali seminggu. Check it out!

💻 https://www.chloeting.com

🎥 https://youtube.com/c/ChloeTing

Setelah selama hampir 3 bulan mengikuti program Chloe Ting, berat badan saya sukses turun dari 58 kg menjadi 54 kg. Hasilnya lumayan naikin rasa pede lagi. Dari yang semula baju sudah tidak ada yang muat sampai dengan baju baju semasa kuliah sudah bisa digunakan kembali. Baju kuliah yg sudah tidak digunakan lagi selama 5 tahun bisa dipakai lagi.

Selain itu, kami juga belakangan mulai meninggalkan Chloe Ting dan beralih ke olahraga yang sedikit lebih berat. Saya dan suami mengikuti program One Month Challange dari Petite Diva yang ada di Youtube nya. Olahraga yang diusung Diva ini lebih kepada body weight training dan weight lifting. Jadi banyak menggunakan beban tubuh sendiri dan beban dari dumble. Dari sinilah kecintaan akan dunia gym saya dimulai.

Dulu saya sempat salah kaprah dimana saya dulu berpikir bahwa dengan olahraga angkat beban ini bisa memang saya menjadi wanita bulky body banget. Jadi itulah alasan mengapa diawal-awal journey diet saya banyak mengikuti olahraga yang bersifat cardio.

Memang dengan olahraga cardio, berat badan lebih cepat turun. Lebih cepat langsing. Namun, jika dilihat langsing saja belum berarti otot tertentu kita kencang.

Pernah lihat gak perempuan yang badannya langsing tapi lengannya besar atau geloyor? Yah, itu salah satu akibat sering olahraga cardio atau melaksanakan diet makanan tertentu namun otot tubuhnya tidak pernah dilatih secara spesifik.

Inilah yang saya alami dulu. Berat badan saya sudah turun 10 kg. Secara kasat mata saya sudah jauh lebih langsing. Namun saya masih terganggu dengan lemak bawah tangan yang tidak kunjung mengecil serta bagian paha dalam yang masih bergoyang-goyang.

Nah, sejak saya mengikuti olahraga yang diperagakan oleh Diva secara rutin, saya merasa otot badan saya sedikit mulai terbentuk. Berat badan juga lebih stabil. Bagian-bagian tubuh tertentu jadi jauh lebih kencang.

Kalau dulu ketika rutin cardio, begitu makan yang agak berat sedikit saja berat badan langsung naik. Namun dengan olahraga angkat beban ini, saya bisa sedikit lebih longgar pada makanan karena makanan yang saya makan nantinya akan habis dibakar dan diubah menjadi otot. Berat badan saya juga lebih stabil.

Untuk video Youtube Petite Diva bisa ditonton lewat link ini ya!

🎥 https://youtube.com/c/PetiteDiva

Karena sudah terbiasa dengan berat dumbbell dirumah dan ingin challenge diri lagi, saya dan suami sepakat daftar member paket gym. Gak tanggung-tanggung langsung setahun. Disana kami masing-masing pakai Personal Trainer (PT) biar lebih fokus dan ada yang mengarahkan. Sebelum sesi dimulai seperti kebanyakan gym lainnya, berat badan dan tinggi kita akan diukur terlebih dahulu oleh Selain itu, lemak tubuh juga dihitung menggunakan timbangan khusus.

Hasilnya seperti yang sudah saya duga, dari keseluruhan badan saya hanya di bagian lengan yang perlu penanganan khsusus karena kadar lemaknya kelebihan 2 %. Sedangkan pada otot kaki saya menurut PT saya sangat baik. Mungkin karena saya rajin lari juga.

Maka dari itu, awal-awal latihan saya banyak diarahkan untuk pengencangan otot tangan pada bahu, bisep dan terutama trisep. Hasilnya gak main-main sih. Dalam waktu 2 bulan saya sudah berotot meskipun pada bagian trisep belum sepenuhnya habis. Kami olahraga ke gym dalam seminggunya 3-4 kali sesi latihan.

Namun, PPKM datang menyerang. Disaat saya lagi cinta-cintanya dengan dunia gym, langsung dipatahkan oleh aturan PPKM. Jadilah saya kembali berolahraga angkat beban dirumah. Disinilah awal pasang surut saya dalam olahraga mulai berantakan. Saya kurang motivasi berolahraga dirumah karena sudah terbiasa dengan atmosfir gym ketika berolahraga.

Sudah begitu, ditambah saya dan suami sibuk menyiapkan persiapan untuk pendaftaran dan ujian masuk pascasarjana kami sehingga menambah daftar panjang alasan kami untuk berolahraga.

Secara kasat mata memang kami tidak bertambah gemuk. Berat badan juga tidak ada peningkatan yang begitu drastis. Namun, kami merasakan badan kami gak fit. Rasanya mau malas-malasan terus. Total lamanya kami tidak berolahraga rutin adalah selama 3 minggu kurang lebih. Dimasa ini juga kami makan kurang terkontrol.

Namun yang herannya, meskipun kami makannya lumayan amburadul, selain berat badan tidak terlalu naik drastis, GERD saya sudah tidak pernah kambuh lagi. Saking fokusnya dengan perubahan lifestyle saya yang baru, saya sampai lupa apa tujuan awal saya merubah lifestyle saya.

Yang awalnya saya diet menurunkan berat badan karena sakit GERD, saya secara tidak sadar mengganti pola hidup saya. Jujur saja, karena GERD saya sudah tidak pernah kumat lagi, saya bahkan kadang-kadang lupa pernah mengidap penyakit GERD tersebut.

Seperti yang saya katakan tadi, saya dan suami “bereksperimen” secara tidak langsung terhadap tubuh kami sendiri. Kami menguji ketahanan tubuh kami sendiri. Kami tidak olahraga sama sekali selama hampir sebulan penuh. Makan pun tidak dijaga. Namun GERD itu tidak pernah kunjung datang lagi.

Mungkin itulah cara tubuh saya merespon bahwa tubuh saya berterimakasih kepada saya karena sudah dirawat dengan baik selama 1,5 tahun kebelakang. Pada titik itulah saya sadar, saat dulu penyakit GERD itu muncul, tubuh saya marah karena tidak diperlakukan dengan baik. Tubuh saya berontak sehingga GERD itu muncul dan memperingatkan saya bahwa tubuh ini adalah aset terbesar saya. Mau sekaya apapun, sependidikan apapun, seterkenal apapun kalau tubuhmu sudah berontak dan melawan dirimu sendiri, maka sia-sialah semua pencapaianmu.

Dalam berolahraga dan mengganti lifestyle memang tidak gampang. Pasti akan ada masa surutnya. Bulan ini bisa sepenuhnya berolahraga teratur, namun di bulan depan jadwal olahraga bisa berantakan karena kesibukan yang padat atau memang mood yang kurang baik.

Namun, kita bisa menanamkan mindset bahwa

Tubuh kita adalah Aset terbesar kita yang tidak dapat digantikan oleh apapun”

Mungkin bisa lebih mengingatkan kita pentingnya menjaga kesehatan. Karena kesehatan itu tidak bisa dibeli. Habit untuk hidup sehat itu hanya bisa dimulai dari diri sendiri. Mau sebanyak apapun orang memperingatkan kita pentingnya kesehatan, jika bukan kita yang menyadarkan diri sendiri pasti akan susah.

Saran saya bagi yang mula-mula diet bisa gunakan tips berikut ini

1. Ajak anggota keluarga untuk ubah pola hidup
2. Ciptakan atmosfir lingkungan yang sehat seperti mengganti kebiasaan makan-makanan tidak sehat ataupun beristirahat teratur (tidak bergadang)
3. Tunjukkan kepada dunia kalau kamu orang yang punya habit hidup sehat

Dengan mengikuti tips tersebut, selain kita bisa berhasil menyadarkan anggota keluarga yang lain untuk hidup sehat, kita juga akan dipandang sebagai orang yang sehat dikehidupan sosial lainnya. Jadi ada perasaan tidak enak hati apabila ingin kembali ke rutinitas habit yang tidak sehat lagi karena sudah terlanjur dikenal sebagai orang yang hidup sehat.

Semacam cambuk untuk diri sendiri. Namun percayalah, hanya 3 bulan diawal saja yang berat. Begitu habit sudah terbentuk, badan kita sendiri yang akan mencari-cari dan memanggil kita untuk di “treat” dengan benar.

Oke dari tadi saya cerita terus. Kata orang “No picture itu hoax”. Berikut beberapa foto transformasi saya.

Berat saya dari berat 64 kg menjadi 54 kg

Setelah berolahraga di gym, beberapa bagian tubuh menjadi lebih ketat dan kencang

Berat badan saya sekarang 50 kg dengan otot yang sudah kebentuk sedikit-sedikit.

Mohon sekiranya dilihat dari kacamata kesehatan ya. Bukan untuk keseksian atau semacamnya. Dan juga mohon tidak dijadikan referensi dalam meniru bentuk tubuh seseorang. Karena tiap orang berbeda bentuk tubuhnya. Langsing ditubuhku belum tentu cocok dan sehat untuk langsing versimu.

This journey will be long. The important thing is to be consistent. Untuk kalian yang mau diet-dietan, please jangan ikutin influencer dadakan diluar sana. Saya melihat banyak yang diet dengan cara yang aneh-aneh seperti diet karbo contohnya. Mana mungkin seorang manusia tidak memakan karbo seumur hidupnya? Belum lagi ada pil pelangsing, minuman serat biar bikin BAB, dsb.

Semua makanan itu sepanjang itu ciptaan Tuhan. Nasi, sayur, ikan semuanya itu baik sepanjang dikombinasikan kebutuhan kalori harian kita agar kebutuhan gizi kita tetap seimbang. Selain itu istirahat yang cukup dan persiapan mental yang baik. Karena ini semua muaranya ke mindset kita. Kamu juga harus siap-siap meninggalkan semua habit kebiasaan yang kurang baik. Termasuk dijauhin atau menjauhi orang-orang yang nantinya akan menganggap kamu terlalu kaku harus hidup sehat. Sudah diwarning dari jauh-jauh hari ya✌️

Please banyakin baca teori dan buku jurnal kesehatan disertai konsultasi ke dokter juga untuk kamu kamu yang ada masalah kesehatan seperti aku.

Tanamkan di mindset bahwa yang akan kamu lakukan untuk kesehatan mu adalah seperti layaknya lari maraton (untuk jangka panjang), bukan lari sprint (untuk jangka pendek).

Jadi nanti ketika kamu tiba dimasanya lagi gak mood atau lelah dengan semua rutinitas hidup sehat ini, kamu akan ingat ini untuk jangka panjang, bukan untuk jangka pendek. Tujuannya bukan untuk diet yaitu ketika sudah turun berat badan berarti sudah bisa bebas kembali ke habit lama. Namun ini tujuannya untuk marathon, pola hidup yang akan kamu jalanin seumur hidupmu.

“Men Sana in Corpore Sano – Didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat”

26 tanggapan untuk “Diet Sehat Hingga Sembuh dari GERD

  1. Hallo Mba Tania, aku juga pengidap GERD dan sekarang lagi berjuang menyembuhkannya.
    Beberapa hal yg aku lakukan adalah membiasakan diri untuk yoga khusus GERD, mengurangi Kafein, dan minum rebusan pandan dan jahe. Lumayan berdampak tapi berat naik terus nih

    Suka

  2. Hai mbak Thania. Wah, aku salut banget sama semangat mbak untuk sembuh dan bergaya hidup sehat seperti ini. Aku suka banget sama perut langsing mbak. Tentu ga mudah ya bukan sulap bukan sihir untuk mendapatkan hasil sebagus ini. Pola makan dan asupan bergizi dan bernutrisi harus diperhatikan dan jam makan jangan telat lagi ya hehehe. Keren!

    Suka

  3. Wahh.. terima kasih sharing pengalamannya kak. Keren sih bisa konsisten menjalani berbagai latihan.. Kalau aku sih tipe yang mageran hehe.. tapi setelah baca ini jadi termotivasi untuk selalu hidup sehat nih. Semangatt buat diriku!!!!!

    Disukai oleh 1 orang

  4. Ngeri ya kak kalo gaya hidupnya nggak sehat. Kadang gak bisa menghindari karena tuntutan pekerjaan. Pasti perlu komitmen, kemauan, dan disiplin yang kuat untuk balik hidup sehat sampai GERD sembuh. Bahagia banget udah sampe di tahap balik lagi ke hidup sehat ya

    Suka

  5. Kuncinya adalah konsisten ya, Kak. Ternyata kalau absen beberapa hari aja udah ngefek ya, badan terasa gak fit gitu. Bagus nih Kak sharingnya. Apalagi buat sesama penderita GERD. Bisa dibaca dan diterapkan. Thanks for sharing 🙂

    Suka

  6. Salut nih dengan perjuangannya melawan GERD. Bisa sembuh tanpa obat itu ternyata kuncinya ada pada gaya hidup ya.

    Memang tidak mudah sih menerapkan gaya hidup sehat tapi kalau mendapat dukungan apalagi dilakukan bersama pasangan pastinya jadi lebih ringan.

    Suka

  7. aku senenggg baca ini. soalnya sekarang aku juga lagi proses diet dan olahraga karena problem GERD dan HNP. semoga konsisten terus ya mbak. emang baru kerasa tuh kalo badan yang kena 😥 aku masih suka bandel, makan masih sembarangan… baca postingannya mbak jadi semangat lagi dan pengen makan dengan benar lagi. makasih buat postingannya!

    Suka

Tinggalkan komentar