Destinasi Wisata Ujung Barat Indonesia, Pulau Weh Sabang

Source : bnpp.go.id

Sabang tepat berada di Pulau Weh, ujung paling barat Indonesia. Sabang merupakan daerah destinasi liburan yang tidak akan pernah ada habisnya untuk di explore. Sabang memiliki banyak destinasi wisata yang benar-benar masih natural dan asri sehingga kita sebagai wisatawan tidak akan berhenti mengaguminya.

Sabang telah membuat saya jatuh cinta sejak pertama kali dulu di tahun 2015 pertama kali mengunjunginya. Tidak heran setelahnya saya mengunjunginya kembali, lagi dan lagi. Namun tahun ini perjalanan liburan terasa sedikit berat karena banyaknya protokol kesehatan dan syarat izin lainnya akibat covid.

Petualangan ke Sabang kali ini saya mengajak suami yang kebetulan belum pernah mengunjungi Sabang. Perjalanan yang kami laksanakan ini sekitar 7 hari. Kami melakukan perjalanan ini pada tanggal 28 Juli hingga 03 Agustus 2021.

1. Keberangkatan

Perjalanan kami dimulai pada malam hari jam 8 malam, tanggal 28 Juli 2021. Kami berangkat dari Medan menggunakan Bus JRG (Jasa Rahayu Gumpueng). Bus JRG ini merupakan salah satu bus trayek Medan-Aceh (dan sebaliknya) yang pelayanan serta fasilitas dalam busnya yang super premium. Mulai dari adanya selimut, bantal kepala, makanan snack dan minuman serta kursi yang nyaman untuk tidur. Harga sekali berangkat Medan-Aceh sebesar Rp. 280.000,- per orang. Bagi kamu yang belum pernah coba, wajib harus coba!

Kami tiba di Banda Aceh sekitar jam 6 pagi, tanggal 29 Juli 2021. Sesampainya di Banda Aceh, kami langsung order Grabcar untuk mengisi tenaga dan perut yang sudah keroncongan. Kami sarapan pagi di Nasi Gurih Pak Rasyid. Tempat makan ini menyediakan berbagai jenis sarapan seperti lontong, nasi gurih, dll. Harganya juga terjangkau.

Selesai sarapan, kami bergegas ke Pelabuhan Ulee Iheue yang letaknya tidak begitu jauh dari pusat kota Banda Aceh. Kami cepat-cepat langsung ke Pelabuhan karena seingatnya dulu ketika terakhir kali berangkat melalui pelabuhan ini harus antri dan desak-desakan ketika beli tiket dan masuk ke kapal. Ternyata sesampainya disana, pelabuhan kosong melompong. Lenggang. Jauh dari perkiraan. Akhirnya kami menunggu cukup lama di pelabuhan karena terlalu cepat datang.

Kami akhirnya berangkat dengan menaiki Kapal Cepat alias kapal feri versi kecil. Harga tiket kapal sebesar Rp.100.000,- per orang. Lama penyeberangan dari Banda Aceh ke Pulau Sabang sekitar 1 jam. Hari itu cuaca betul-betul sangat bagus. Sangat pas untuk berfoto diatas kapal.

Sesampainya di Pulau Sabang sekitar jam 11 siang. Kami mengambil mobil rental gratisan yang merupakan milik teman suami. Kebetulan memang orang Sabang asli. Lumayan menghemat biasa transportasi kami selama berada di Sabang.

Perut kembali bergejolak. Kami memutuskan untuk mencari makan siang. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di salah satu kedai yang bernama Rumah Makan Murah Raya. Ala-ala warung nasi padang menunya. Harganya standard tapi rasanya maknyus. Disini dijual berbagai jenis ikan bakar hasil tangkapan laut Sabang. Wajib coba sih ini!

2. Casanemo Ressort

Setelah perut kenyang kami melanjutkan perjalanan. Sesuai schedule yang sudah kami rencanakan, malam pertama di Sabang kami akan menginap di Casanemo Ressort. Ressort ini terletak di sepanjang garis Pantai yang bernama Pantai Sumur Tiga. Sekitar 15 menit perjalanan dari Kota Sabang menuju ressort ini.

Saya ingin sekali ke sini lagi. Karena dahulunya di Ressort ini saya untuk pertama kali nya ke Sabang bersama teman se-tim audit saya dahulu liburan. Ressort ini bagus sekali. Nuansanya ecolodge. Ala Bali gitu. Pokoknya cocok bagi pengantin baru untuk Honeymoon.

Kami mengambil kamar yang menghadap langsung ke pantai dan laut. Untuk sampai ke kamar lumayan jauh berjalan kaki dikarenakan posisi kamar pada ressort tersebut 1 kamar 1 lokasi. Jangan sungkan untuk meminta bantuan ke petugas ressort agar mengangkat barang bawaan kalian. Casanemo menyediakan sarapan gratis juga. Harga semalam menginap di Casanemo sebesar Rp. 464.800,- per malamnya

Berikut keindahan di Casanemo Ressort, Sabang.

Kami disana 1 hari 1 malam. Ternyata hanya kami yang menginap disitu. Dari sekitar 20 kamar, hanya kamar kami yang terisi. Rasanya seperti punya villa pribadi dengan pantai pribadi pula. Kami foto-foto, menikmati sunset, guling-gulingan dipasir. Bebas. Suasananya begitu tenang.

Malamnya kami dinner disalah satu tempat makan legendaris di Kota Sabang yaitu Mie Ayam Pangsit Cilacap. Murah meriah dan super ueenak. Harganya seporsi hanya Rp. 15.000,-. Berikut hasil foto mie ayam yang merupakan makan malam saya malam itu.

Besoknya yaitu tanggal 30 Juli 2021, kami check out dari Casanemo Ressort dan meneruskan perjalanan ke Benteng Jepang dan Pantai Anoi Itam. Kami ingin menuntaskan semua daerah wisata yang berada satu garis pantai dengan Sumur Tiga. Jarak dari Casanemo Ressort ke Benteng Jepang hanya sekitar 6 km (11 menit) saja.

3. Benteng Jepang

Pada Benteng Jepang, kita bisa melihat warisan peninggalan Jepang ketika menduduki daerah Sabang. Sabang yang tepat berada diujung Barat Indonesia saat itu menjadi lapisan pertahanan Jepang ketika menghadang musuh. Kawasan ini tidak menaruh biaya apapun sebagai tiket masuk alias GRATIS. Keren sekali Pemerintahan Daerah Sabang. Tempat wisata yang kaya akan sejarah dan seluas itu biayanya GRATIS bagi pengunjung manapun.

Pada kawasan Benteng Jepang ini banyak dibangun benteng-benteng pertahanan yang dibangun Jepang. Terdapat pula 1 mesin meriam raksasa yang panjangnya mungkin sekitar 10 meter lebih. Meskipun sudah tidak bisa berfungsi lagi, tetapi saking besarnya bisa saya bayangkan bagaimana meriam tersebut di zaman dahulu ketika berfungsi. Mungkin mampu menembak musuh hingga kejauhan ratusan kilometer.

Selain itu, disekitar sisi Benteng Jepang ini para pengunjung bisa menikmati hamparan laut Sabang yang luas. Kita bisa duduk direrumputan sembari duduk menikmati angin sepoi-sepoi dan memandang lautan sebelah timur Pulau Weh tersebut. Lagi-lagi hanya kami berdua saja pengunjung berada disitu hari itu.

Berikut momen yang kami abadikan ketika berada di Benteng Jepang Sabang.

4. Pantai Anoi Itam

Setelah dari Benteng Jepang, masih dihari yang sama, kami memutuskan untuk mengunjungi Pantai Anoi Itam yang lokasinya tidak terlalu jauh dari situ. Paling hanya 10 menit berkendara.

Pantai Anoi Itam ini merupakan pantai bebas tak berpemilikan. Untuk memasuki kawasan pantai tidak ada aturan dan tiket berbayar. Pantai ini unik karena pasirnya betul-betul hitam legam. Menurut penduduk setempat yang kami tanya, pasir pantainya menjadi hitam karena pasir pantai tersebut memiliki kandungan logam yang tinggi.

Saya tidak tahu apakah perasaan saya saja atau tidak, namun saat saya mencium pasir pantai tersebut seperti ada bau yang berbeda dengan bau pasir putih pantai yang biasanya. Mungkin itulah bau logam, pikir saya waktu itu.

Berikut keseruan kami saat bermain disekitar pinggiran Pantai Anoi Itam.

5. Olala Bungalow

Sore harinya kami berkendara agak jauh meninggalkan kawasan Pantai Itam Anoi menuju Kawasan Kampung Iboih. Jika kita ingin menuju Pulau Rubiah yaitu surganya diving dan snorkling di Sabang, kita harus menginap di kawasan kampung Iboih ini karena penginapan terdekat hanya berada disana.

Berikut kira-kira rute lama perjalanan darin Pantai Anoi Itam menuju Kampung Iboih.

Source : Google Maps

Disepanjang garis pantai, terdapat banyak penginapan. Salah satunya Olala Bungalow. Untuk mencapai penginapan Olala dari bibir pantai kampung Iboih, kita harus berjalan kaki sejauh 2-3 km. Lumayan jauh apalagi kalau kita banyak membawa barang bawaan.

Namun, sekarang untuk mencapai Olala Bungalow (karena penginapan Olala letaknya sudah hampir mendekati ujung kampung Iboih) telah dibangun jalan baru menuju penginapan tersebut. Jalan baru tersebut belum sepenuhnya aspal alias masih tanah liat. Jalur track-nya juga lumayan terjal. Jadi kalau kita yang membawa mobil harus lebih hati-hati. Terutama apabila kita berkunjung disana pada bulan-bulan yang sering hujan. Bisa-bisa tidak pulang. Jadi kami memutuskan untuk tetap memarkirkan kendaraan kami dibibir pantai Kampung Iboih dan berjalan kami menujun penginapan.

Kami menginap di Olala selama 2 hari 2 malam. Jadi keesokan harinya kami berencana untuk snorkling, namun ternyata zonk. Pagi itu cuaca sedang tidak bagus. Padahal saat subuh, sunrise sangat begitu bagus. Namun sekitar sejam kemudian hujan deras turun. Sangat berbahaya sekali jika kami memaksakan diri untuk snorkiling. Jadi kami sehari pertama disana kami gunakan untuk beristirahat, blogging dan menikmati penginapan tersebut.

Sore harinya baru kami bisa ber snokling ria. Kami snorkling disekitaran penginapan sekitar 1 jam. Lumayan puas. Banyak jenis ikan, bulu babi, bintang laut, rumput laut dan biota laut indah lainnya, Namun sayangnya saya tidak menemukan ikan nemo seperti beberapa tahun silam ketika dulu saya ke pulau ini. Menurut penjaga penginapan ikan nemo dikawasan tersebut sudah langka.

Kami mengabadikan isi biota laut yang ada disana menggunakan Camera GoPro yang kami sewa dari penduduk desa setempat seharga Rp. 100.000. Kami juga menyewa perlengkapan snorkling dari penginapan seharga Rp. 25.000,- per orang. Peralatan snorkling yang disediakan menurut saya cukup lengkap dan bagus.

Keesokan harinya kami, pagi benar-benar cerah sekali. Tanpa berpikir panjang kami langsung snorkling sekali. Kali ini kami tidak hanya snorkling dikawasan penginapan saja, namun kami berpetualang. Kami menyusuri sekitaran kawasan laut sekitar penginapan lainnya.

Ternyata diujung kawasan laut Kampung Iboih tersebut ada sebuah Karang Batik raksasa yang indahnya luar biasa. Sayang momen itu tidak bisa kami abadikan karena Camera GoPro kami lowbat. Namun keindahan karang tersebut tidak akan pernah saya lupakan dari memori saya.

Berikut beberapa poto hasil snorkling kami menggunakan Camera GoPro.

Penginapan Olala tersendiri terdiri dari 15 kamar yang terpisah-pisah. Kami memilih salah 1 kamar paling terdepan dari 4 kamar yang tersedia menghadap langsung ke laut. Lagi-lagi kamar ini sangat cocok untuk honeymoon. Harga penginapan sendiri seharga Rp. 250.000 per malam. Belum termasuk sarapan.

Berikut beberapa momen yang kami abadikan selama berada dipenginapan Olala, Sabang.

6. Nol Kilometer

Pagi-pagi betul kami berangkat dari Olala menuju Tugu Nol Kilometer. Jaraknya sekitar 8 km (17 menit) waktu perjalanan. Tugu Nol Kilometer merupakan simbol khas Pulau Weh, Kota Sabang ini. Tidak sah kesana jika tidak berkunjung dan mengabadikan momen di tugu tersebut. Karena kebetulan suami saya sama sekali belum pernah kesana, ya wajib dong untuk bisa berfoto bersama disana.

Sayangnya, ketika kami berkunjung kesana, tugu tersebut sudah kurang terawat. Bahkan kami tidak bisa naik kepuncaknya karena kencangnya angin dan tangga serta tiang tugu sudah banyak yang berkarat. Mungkin karena pandemi dan sepinya pengunjung, tugu tersebut jadi jarang dirawat.

Selain itu, banyak sekali kera liar yang berada disekitaran tugu. Kami jadi was-was karena takut digigit atau dicakar oleh kera liar tersebut.

Berikut foto yang kami ambil saat berada di Tugu Monumen Nol Kilometer Sabang.

7. Gua Sarang

Selanjutnya kami menuju Gua Sarang. Gua Sarang memiliki banyak opsi kegiatan sebenarnya. Namun akibat pandemi semua kegiatan tersebut kurang terawat. Jadi dari Gua Sarang kita opsi yang tertinggal hanya dua yaitu menikmati indomie rebus yang dijual di kantin setempat sembari menikmati sunset.

8. Secret Beach

Kami mendapat kabar bahwa disekitaran Gua Sarang tersebut ada pantai yang hanya muncul sekali setahun saja. Namanya Secret Beach atau biasanya disebut Pantai Batu Kapal. Kami pun bergegas menuju area tersebut. Sayangnya, setelah kami pastikan dengan bertanya ke penduduk setempat, pantai tersebut sedang “hilang” alias tertutup oleh air laut. Padahal rumor yang beredar pantai tersebut merupakan pantai yang sempurna untuk menikmati menikmati sunset.

Berikut beberapa foto Secret Beach atau Batu Kapal yang diabadikan wisatawan (source : Google Maps)

9. Penginapan Beu Ceubeuh

Setelah tanya sana-tanya sini, kami mendapat info lagi dari penduduk setempat. Mereka bilang kami bisa sunset-an dengan view terbaik juga melalui Penginapan Beu Ceubeuh. Penginapan ini masih tergolong baru dan tidak terlalu jauh dari lokasi Secret Beach. Penginapan ini terbilang bagus karena mengadop design bangunan ala Jepang. Sayang pengunjungnya tidak ada.

Diujung penginapan tersebut ada area permainan outbound namun sudah tidak berfungsi lagi akibat kencangnya angin. Nah, diarea permainan outbond yang sudah tak berfungsi inilah kita bisa menyaksikan sunset yang super indah. Hal ini dikarenakan area permainan ini berada tepat diujung tebing jurang. Jadi harus betul-betul hati-hati. Salah sedikit nyawa melayang.

Seumur hidup saya, belum pernah saya menyaksikan sunset se-sempurna itu. Awan, matahari dan semuanya seakan betul-betul dekat dan bisa kita genggam. Saking terpananya saya melihat matahari yang terang benderang tersebut, saya sempat mengalami blind sesaat. Bahkan sampai mengalami migrain. Tapi kebahagiaan menyaksikan sunset sebegitu indah membuat migrain tersebut tidak terlalu terasa. Padahal menurut suami saya saat itu saya sudah sangat pucat.

Berikut momen sunset yang sempat kami abadikan selama berada di Penginapan Beu Ceubeuh.

Penampakan dari jauh Secret Beach atau Pantai Batu Kapal tertutup air laut yang kami ambil dari Penginapan Beu Ceubeuh

10. Fredies Ressort

Malamnya kami memutuskan untuk kembali menginap ke daerah Pantai Sumur Tiga. Karena besoknya kami akan pulang ke Banda Aceh, lebih baik jika menginap di penginapan yang dekat dengan pelabuhan.

Kali ini kami menginap di Fredies Ressort. Penginapan ini tepat bersebelahan dengan Casanemo Ressort. Penginapan kami yang pertama tadi. Karena Kelaparan kami langsung menuju restoran nya. Restoran Fredies Ressort ini lumayan luas. Selain itu pilihan makanannya juga banyak. Ada yang Indonesian Food dan ada juga yang Western Food.

Memang selama ini seperti yg juga sudah saya ketahui, Fredies Ressort ini memang tempat favorite bagi para wisatawan asing untuk menginap. Kamar yang disediakan juga banyak variasinya.

Kami memilih kamar yang langsung menghadap laut (lagi). Yang paling saya sukai dari Fredies ini adalah perabotan dan tata letak suasana kamarnya. Saya seperti tidak merasa ada dikamar penginapan. Rasanya seperti berada dikamar sendiri. Nyaman sekali. Harga menginap per malamnya seharga Rp. 375.000 per malamnya. Tidak termasuk sarapan.

Besok paginya, saya terbangun pagi-pagi betul karena matahari terbit dini hari sekali. Saya ingat itu masih jam 06.00 tepat tapi langit sudah mulai merah akibat matahari hendak muncul. Duo combo buat saya! Kemarin senja melihat sunset terbaik dan pagi harinya melihat sunrise yang begitu menantang sinarnya.

Kami sarapan di restoran lagi. Karena tidak mau ribet dan juga pemandangan pantai dipagi hari jika dilihat dari restoran sangat bagus sekali. Setelahnya kami siap-siap menuju pelabuhan dan meninggalkan pulau Sabang.

Berikut beberapa foto yang sempat kami dokumentasikan selama berada di Fredies Ressort.

11. Ayani Hotel Banda Aceh

Kami tepat tiba kembali di Banda Aceh pada tanggal 02 Agustus 2021 sekitar sore hari. Kami sudah booking kamar di Hotel Ayani sebelumnya. Saya sudah sering menginap disitu ketika dulu sering dinas kerja ke Aceh. Fasilitasnya oke, mulai dari kamarnya bersih, design minimalis, sarapan nya juga enak dan banyak pilihan makanannya. Harga per malamnya sekitar Rp. 375.000,- per malam.

Malamnya saya mengajak suami ke Mie Aceh Badrie yang terkenal akan mie aceh dengan bumbu ganjanya. Biar dia pernah mencicipi. Tenang kok, takarannya tidak terlalu banyak. Hanya sebagai bumbu makanan saja untuk menambah cita rasa. Kemudian dia juga saya ajak makan ke Canai Mamak KL , tempat nokrong hits Banda Aceh yang wajib dicoba kalau berkunjung ke sana.

12. Museum Tsunami Aceh

Hari ini kami pulang. Jadi sebelum kami balik ke Medan tidak sah rasanya kalau tidak mengunjungi Museum Tsunami Aceh. Museum ini merupakan destinasi wajib jika ke Banda Aceh. Didalam museum ini banyak menyimpan sejarah dan memori bagaimana dahsyatnya tsunami menerjang dan meluluh lantakkan Banda Aceh di tahun 2004 yang lalu. Biaya masuk ke museum ini Rp. 30.000 (saya lupa-lupa ingat).

Didalamnya kita bisa menonton film dokumenter tragedi tsunami, berswafoto di berbagai macam benda peninggalan bekas tragedi tersebut dan melihat monumen bendera negara-negara asing yang ikut membantu Banda Aceh bangkit dari tragedi maut tersebut.

13. Museum Kapal PLTD Apung

Selanjutnya kami mengunjungi Kapal PLTD Apung yang merupakan saksi nyata betada dahsyatnya tsunami yang terjadi saat itu. Bangkai kapal raksasa ini hanyut dan terbawa ombak dan terdampar ditengah kota Banda Aceh ketika bencana itu terjadi. Saking besarnya, bangkai kapal tersebut tidak bisa dipindahkan sehingga dijadikan museum. Biaya masuk ke museum ini GRATIS.

Ketika kami berkunjung sayangnya dalam museum tidak bisa dibuka untuk publik karena pandemi. Jadi kami hanya bisa berswafoto di luar sekitaran Kapal PLTD Apung ini. Dari atas kapal ini kita bisa melihat kota Banda Aceh secara luas.

14. Kepulangan

Jam 08 malam tanggal 03 Agustus 2021 kami pulang dari Banda Aceh menuju Medan dengan kembali menaiki Bus JRG. Kami terlelap dan tiba di Medan tepat jam 05 dini hari tanggal 04 Agustus 2021.

Sekian kisah perjalanan kami di Pulau Weh, Sabang dan Banda Aceh. Saya pribadi tidak akan bosan mengunjungi Wilayah Aceh. Banyak sekali daerah destinasi wisata disana. Penduduknya pun sangat ramah kepada wisatawan. Saya sudah beberapa kali kesana dan tidak pernah mengalami hal-hal yang tidak enak. Yang ada hanyalah perasaan rindu, ingin kembali dan kembali lagi. I love Aceh!

DISCLAIMER!
Meskipun daerah wisata di Sabang sedang sepi akibat covid, kami tetap menjalankan prokes dengan sebaik-baiknya. Jikalau terdapat dokumentasi kami yang tidak mengenakan masker itu dikarenakan memang disekitar foto tersebut diambil sedang tidak banyak pengunjung atau memang hanya kami berdua saja yang ada disana.

Don’t worry, Beach happy!

-Bethaniafeby-

31 tanggapan untuk “Destinasi Wisata Ujung Barat Indonesia, Pulau Weh Sabang

  1. Puas banget ini sih, keliling Sabang dan pas enggak banyak orang jadi berasa pulau pribadi.
    view hotelnya beneran pas ..juga sunsetnya, kereeen
    Sayang Tugu Nol km kurang terawat semoga saat kondisi membaik bisa lebih layak lagi .
    Waktu tinggal di Pangkalan Brandan, pernah rombongan naik bis ke Pidie dan Banda Aceh menghadiri nikahan temen kantor suami di Pidie. Tahun 2006, jadi belum lagi dari tsunami maka Pantai Ulee Lheue masih rata sekitarnya, Masjid Baiturrahman masih berserakan di bagian luar, PLTD Apung belum jadi tempat wisata…pokoknya melihatnya masih sambil netesin air mata saya…
    Dan karena waktunya mepet, ga bisa ke Sabang huhu…Padahal tinggal di Sumut 5 tahun belom pernah ke Sabang nyesel bener , karena sebelum tsunami kondisi Aceh juga belum aman, jadi ga berani.
    Aku keep ya Kak, kalau ke Sabang aku jadikan panduan itinerary ini:)

    Suka

    1. terimakasih kak:D
      betul, aceh sangat cepat recovery nya pasca kena tsunami.
      yuk datang ke sabang kak. gak kalah sama pantai2 indonesia lainnya
      disana pantainya bersih2 dan alami bgt.
      semoga bisa kesabang juga ya kak amiiin

      Suka

  2. Wah, seandainya bisa masuk ke dalam Kapal PLTD Apung, tentu rasa penasaran kita terbayarkan ya melihat2 isinya. Seru amat jalan2 ke Titik Nol dan semua sampai penginapannya. Romantis sekali Fredies Resort, 375K rate per malam tanpa sarapan. Mungkin enak juga ya kalau ada sarapan meskipun harus bayar lebih hehehe. Ngebayangin main ke Gua Sarang trus mamamnya indomie, emang selera kita semua eeeaaa 😀

    Suka

  3. Satu postingan ini bisa jadi catatan saya kalau berencana ke sana. Tempatnya asik-asik banget! Terutama pantai-pantainya yang sepi sama kulinerannya hihihi.

    Ya sebetulnya saya dan suami lebih suka ke gunung daripada pantai. Tetapi, lihat suasana yang sepi gitu dengan sunset yang cakep banget jadi pengen juga ke sana 😀

    Suka

  4. Aku happy banget bisa mampir ke blog yang bahas travel jugaaa! Waaa rindunyaa jalan-jalan keliling Indonesia. Aku perlu boomark artikel ini, deh, biar kapan-kapan kalau mau ke Pulau Web Sabang, tinggal buka blog ini.

    Btw, salam kenal, ya, Kak! 😀

    Suka

  5. Dari zaman tinggal di Batam dulu, saya penasaran sama mie aceh yang pakai bumbu khusus itu. Katanya sih enaknya minta ampun! Btw, penasaran saya Kak sama karang batik raksasa. Maksudnya itu karang kan buka kerang? Dan… saya menikmati banget baca tulisan ini. Soalnya belum pernah ke sana sama sekali. Tengkyu banget ya udah berbagi tulisan ini.

    Suka

  6. Dari thumbnailnya aja, lokasinya udah bikiin mata seger. Udah lama banget gak traveling ke tempat kayak gini. Yuk ah.. pandemi lekas sembuh, pengen juga traveling ke Pulau Weh Sabang

    Suka

  7. Lihat postingan traveling pas pandemi..serasa pengen nangis. Hahahha… Hasrat jalan tinggi tapi hati terlalu ciut Dengan paparan virus. Hmm sementara menikmati tulisan teman teman dulu deh ..

    Suka

Tinggalkan komentar