Pengalaman Travelling ke Turki [Honeymoon Edition]

Photo by Meruyert Gonullu on Pexels.com

Turki adalah Negeri segudang sejarah dunia. Negeri dengan tolerasi beragamanya yang kuat. Negeri yang merupakan perpaduan antara Budaya Barat dan Budaya Timur. Jika Anda tidak mau rugi, dalam artian ingin sekaligus plesiran ke Eropa dan Asia, Anda wajib travelling ke Turki.

Itulah yang menjadi dasar kenapa saya dan suami pada November 2018 memutuskan untuk terbang melakukan ritual Honeymoon ke Turki. Kami ingin ke Eropa namun terhalang Visa, dan kami ingin travelling ke Asia juga. Ingin merasakan dua nuansa budaya yang berbeda, namun ingin tetap irit karena keberangkatan kesana hanya sekali ongkos penerbangan saja. Jadi Turki-lah solusinya. Dua sejoli yang sangat tidak mau rugi kan? Hahaha.

1. Keberangkatan

Sebenarnya, bisa dibilang pengalaman kami Honeymoon ke Turki tidak bisa dibilang 100% nuansa “Honeymoon” . Karena selama di sana kami sibuk dengan bermacam agenda yang sudah kami susun. Itinerary hampir full dua minggu di sana. Jangan Anda bayangkan honeymoon yang kami susun ini akan romantis ala ala honeymoon ke Bali. NO! Lagi-lagi karena kami tidak mau rugi, kami maksimalkan setiap hari kami di sana. Tapi karena kami berangkat ke Turki sehabis acara menikah, dan memang ini adalah travelling perdana kami berdua ke luar negeri, jadi ya bisalah dianggap ini Honeymoon.

Jadi hari itu tanggal 15 November 2018 kami berangkat dari Jakarta menuju Turki naik QATAR Airways. Namun, kami harus transit di Hamid International Airport, Doha, Qatar selama 2-3 jam. Setelahnya lanjut lagi, masih menggunakan Qatar Airways ke Istanbul Sabiha Gökçen International Airport. Airport ini merupakan salah satu dari 3 International Airport yang ada di Turki. Karena destinasi pertama kami sesuai itinerary yang kami susun di Turki adalah kota Istanbul, maka kami memilih mendarat di Sabiha Gökçen Airport. Total lama perjalanan dari Jakarta (CGK) – Qatar (DOH) – Istanbul (SAW) adalah sekitar kurang lebih 16-17 jam.

Tiket Pesawat dari CGK-DOH-SAW.
Masih tersimpan dengan rapi dan lengakap

Untuk pemilihan maskapai penerbangan, meskipun kelas Ekonomi, percayalah Qatar tidak main-main. Gak salah maskapai ini dinobatkan menjadi salah satu maskapai terbaik didunia. Kelas Ekonomi saja rasanya sudah seperti Kelas Bisnis, bahkan bisa sekelas Executive kalau dibandingkan dengan pesawat penerbangan Domestik Indonesia.

Oiya, kelebihan ketika travelling ke Turki salah satunya adalah Visa. Pengurusannya tidak terlalu ribet karena untuk masuk ke Turki cukup menggunakan E-Visa saja. Pengurusannya semuanya online. Pokoknya Travelling Friendly lah. Biaya pengurusannya juga hanya sekitar USD 25. Untuk pendaftarannya bisa cek di https://www.evisa.gov.tr/info .

(Disclaimer : Perlu diingat bahwa saat menulis blog ini, situasi masih masa pandemi Covid-19. Silahkan teman-teman check dan re-check lagi terkait peraturan E-Visa Turki di masa pandemi covid-19 ini.)

E-Visa saya dan suami. E-Visa ini hanya berlaku 6 bulan dengan durasi tinggal di Turki selama 30 hari saja.
(Beberapa data ditutup demi mencegah kebocoran data pribadi)

Untuk perbedaan jam, Indonesia (Jakarta, WIB) lebih cepat 4 jam dari Turki. Jadi, kami tiba di Istanbul sekitar jam 1 pagi waktu setempat. Berarti sudah subuh di Indonesia. Kami jetlag.

Malam pertama di Istanbul kami menginap di Retaj Royale Hotel. Hotel lama namun fasilitasnya lengkap. Berasa nuansa Eropanya. Bahkan ada closet room beserta dengan ruang setrikanya. Hotel rasa apartemen.

Source : Google
karena kecapekan saya tidak sempat ambil foto kamarnya. Tapi kira-kira seperti ini kamar yang kami tempati

1. Hari Pertama di Turki

Keesokan harinya petualangan dimulai. Dimulai dengan petualangan urusan perut terlebih dahulu. Kami check out dan breakfast di Hotel Retaj. Jujur, saya langsung “kecewa”. “Kecewa” ternyata makanan di Turki sangat hambar. Bukan tidak enak tapi mereka di sana memang sangat tidak menyukai makanan berempah, mecin, penyedap rasa, dsb. Selain itu, tidak seperti kita di Indonesia yang satu piring bisa memuat nasi, lauk dan sayuran, di Turki makanan nya semua dipisah-pisah wadah makannya. Dimakan satu persatu. Misalkan, Anda makan nasi, maka habiskan dulu nasinya. Kemudian baru berlanjut ke lauk. Begitu seterusnya.

Nasi di sana juga bukan nasi biasa, tapi nasi briyani yang dikasi santan. Di Medan mungkin bisa dibilang seperti “Nasi Lemak”. Sekali lagi bukannya menghina rasa kuliner bangsa asing, namun memang citarasanya tidak cocok di lidah saya yang dari lahir sudah mengonsumsi berbagai rasa rempah masakan. Saran saya, untuk orang Indonesia bertipe seperti saya yang hendak jalan-jalan ke Turki (atau Eropa) bawalah Bon Cabe , Sambal dan Saos Tiram dari Indonesia. It will help you, trust me.

Dan masalah terakhir, untuk urusan perut ini, ternyata orang Turki sangat disiplin dalam urusan waktu. Jadi kalau Anda ke sana, jangan heran jika Anda di restauran begitu makanan Anda habis, piring Anda langsung diangkat oleh pelayan tanpa ada permisi. Tidak ada ramah tamah seperti pelayan restauran di Indonesia. Setelah saya pelajari, ternyata memang budaya disana seperti itu. Sangat disiplin terhadap waktu. Jadi di sana semua serba cepat, tertata. Ala militer. Di sana juga orang-orang jalannya cepat-cepat. Pantas saja mereka sehat-sehat banget, pikir saya saat itu.

Topkapi Palace – Istanbul

Setelah urusan pelajaran tentang kuliner, di hari pertama kami langsung mengunjungi Topkapi Palace Istanbul. Pelajaran selanjutnya yang kami temui adalah destinasi wisata di Turki sangat teratur. Setiap tempat destinasi ada tempat khusus untuk pembelian tiket masuk. Dan budaya antri disana perlu diacungin jempol. Top!

Topkapi Palace Istanbul merupakan kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun yaitu mulai tahun 1465 sampai dengan 1856, setelah Sultan Mahmet II berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Topkapi Palace adalah pusat pemerintahan Turki pada awal-awal. Setelah jatuhnya Utsmaniyah di tahun 1921, Topkapi Palace dijadikan Museum oleh Pemerintah ditahun 1924. Topkapi Palace ini masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO loh.

Di sekitar sisi istana, banyak paviliun kecil dan taman bunga. Di bagian belakang istana juga menghadap ke laut Marmara. Laut yang merupakan salah satu penghubung ke Selat Bosporus, yaitu selat yang memisahkan antara Turki bagian Eropa dan bagian Asia, terpampang Indah sekali.

Didalam Istana Topkapi sendiri, banyak pernak-pernik peninggalan Sultan Utsmaniyah. Ada gordyn bertahtakan batu zamrud, ada permadani kuno yang super mewah, dll. Semua peninggalan yang ada di Istana tidak boleh disentuh karena ada penjaganya. Barang-barang ini diawasi penjaga khusus yang diperlengkapi dengan senjata dengan penjagaan super ketat.

Hagia Sophia – Istanbul

Selepas tour dan kegiatan berfoto di Topkapi Palace, kami mengunjungi destinasi kedua kami hari itu, yaitu Hagia Sophia. Jujur saja, Hagia Sophia merupakan salah satu tempat di Turki yang sudah lama sekali sangat ingin saya datangi dan ingin saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Saya ingin membuktikan apakah betul bisa Kristen dan Islam bersatu padu, membangun keharmonisan beragama di bawah pilar-pilar besar bernamakan Hagia Sophia.

Hagia Sophia adalah sebuah bangunan kuno yang dahulunya sebuah gereja Katedral Ortodoks. Namun pada tahun 1453, Hagia Sophia dialihkan menjadi Masjid pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Kemudian bangunan ini dibuka sebagai Museum pada tahun 1935 dan masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO. Namun sekitar pertengahan tahun 2020, Hagia Sophia dikembalikan lagi fungsinya sebagai masjid setelah memenangkan Pengadilan Turki yang memutuskan bahwa pengubahan fungsi Hagia Sophia dari Masjid menjadi Museum adalah Ilegal.

Menurut situs resmi UNESCO, Direktur Jendral UNESCO menyatakan pemerintah Turki secara sepihak mengubah status Hagia Sophia yang semula Museum menjadi Masjid. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat Hagia Sophia adalah mahakarya arsitektur dan kesaksian unit tentang interaksi antara Eropa dan Asia selama berabad-abad. Hal ini menjadikan status Hagia Sophia sebagai warisan dunia UNESCO akan diperiksa kembali oleh Komite Warisan Dunia.

Jujur saya sangat sedih mendengar hal ini di tahun kemarin saat berita ini muncul. Hagia Sophia merupakan warisan dunia yang jelas-jelas merupakan salah satu lambang bahwa Turki adalah Negara dengan toleransi beragama yang kuat. Keindahan arsitektur, toleransi beragama dan budaya bersatu padan di tempat ini. Bahkan pada saat di sana tahun 2018, kami masih menyaksikan ada beberapa jemaat katolik sedang beribadah di suatu ruangan dengan beberapa jemaat muslim lainnya. Luar biasa. Pemandangan yang saya sangat jarang dapatkan di Indonesia.

Terlihat jelas di bagian atas kubah Hagia Sophia masih menyisakan Lukisan Bunda Maria dan dipadukan dengan hafalan ayat Islam. Sungguh tingkat toleransi beragama yang indah.

Blue Mosque – Istanbul

Setelah bersedih hati akibat bernostalgia mengingat nasib Hagia Sophia, saya akan melanjutkan perjalanan cerita kita. Sore hari setelah kunjungan ke Hagia Sophia, kami langsung menuju Blue Mosque , atau dalam Bahasa setempat disebut Sultanahmet Camii.

The Blue Mosque ini letaknya tidak terlalu jauh dari letak Hagia Sophia maupun Topkapi Palace. Cukup hanya berjalan kaki saja. Letak ketiganya sama-sama masih di pusat kota Istanbul. The Blue Mosque ini pada masa lalu dikenal dengan interiornya yang serba biru. Masjid yang sungguh memesona. Sungguh besar dan agung. Gaya arsitekturnya campuran Eropa kuno dan Arab.

Tidak jauh dari lokasi Masjid banyak pedagang yang menjual pernak-pernik Turki. Mulai dari gantungan dinding, gantungan kunci, tempelan kulkas, syal, kaus kaki, dll. Saya sempat mampir ke beberapa penjual kaki lima tersebut dan membeli cenderamata. Perlu diingat bahwa ilmu tawar-menawar sangat penting di sana. Saking banyaknya turis Indonesia yang sering berkunjung ke Turki, rata-rata pedagang di sana fasih berbahasa Indonesia, khususnya dalam hal tawar-menawar. Terkadang mereka juga akan menawarkan harga barangnya dengan harga Rupiah. Jadi kita harus pintar-pintar menawar.

Green Mosque – Bursa

Sore harinya kami langsung pindah kota. Si duo yang tidak mau rugi ini langsung naik bus menuju Kota Bursa. Lama perjalanan sekitar 2 jam. Pada 2014 lalu, UNESCO mendeklarasikan Kota Bursa sebagai tempat lahirnya kebudayaan Kesultanan Ottoman. Sejak saat itu, Bursa termasuk ke dalam daftar warisan sejarah dunia versi PBB.

Sesampainya di sana, sesuai itinerary, kami mengunjungi Green Mosque Bursa atau dalam bahasa setempat disebut Yesil Camii. Disebut Masjid Hijau karena memang interior Masjid didominasi oleh warna hijau pastel dan berada di kawasan Yesil (kawasan hijau). Di daerah ini sangat sejuk bahkan cenderung dingin, apalagi kebetulan pada saat berkunjung 2018 lalu kami berada saat peralihan musim gugur ke musim dingin. Suhu udara hampir mencapai 0 derajat.

Banyak para turis muslim mancanegara yang tidak akan melewatkan untuk beribadah di Green Mosque ini. Kami yang tidak bisa berhenti mengagumi design interior eropa kuno masjid ini hanya bisa memandang keindahan setiap lekuk dan sisi bangunan ini. Amazing!

Silk House – Bursa

Silk House, Turkey

Sehabis dari Green Mosque, kami mengunjungi Silk House. Di sini adalah tempat untuk kita yang berminat atau kolektor pashmina sutra, lampu gantung ala Turki, piring-piring keramik, printilan barang-barang agama untuk agama muslim dan kristen dengan sentuhan Turki pun banyak. Harganya variatif. Tergantung selera dan kantong kita. Pintar-pintarlah menawar dan sebisa mungkin bayar dengan mata uang Lira.

Kami akhirnya bermalam di kota Bursa. Kami bermalam di Hotel Gold Majesty. Untuk harga per malam silahkan di check sendiri ya. Hotalnya lumayan besar dan sudah lama. Cukup nyaman untuk kami yang hanya numpang tidur. Malam itu rasanya badan seperti babak belur. Saking banyaknya perjalanan yang kami jalanin. Jangan protes ya, sudah saya katakan sejak awal ini bukan Honeymoon romantis ala Bali😅✌️

2. Hari ke Dua di Turki

Bursa Ulu Camii (Sultanahmet Camii)

Keesokan paginya, setelah sarapan di Hotel Gold Majesty, kami mulai eksplore kota Bursa. Tentu saja sarapan yang masih saya tidak sukai cita rasanya. Itinerary kami di hari kedua adalah pagi hari mengunjungi Bursa Ulu Camii. Bursa Ulu Camii merupakan salah satu masjid terbesar dan tertua yang letaknya di pusat kota Bursa, Turki. Para pengamat seni arsitektur masjid menyebutkan bahwa masjid Agung Bursa ini adalah masjid dengan gaya arsitektur murni Bangsa Seljuk. Maka atas inisiatif arsitekturnya yaitu Ali Neccar, dibuatlah sebuah masjid besar dengan 20 kubah dan diberi nama Ulu Camii. Bursa Ulu Camii termasuk ke dalam situs UNESCO.

Munira Bursa Lokumcusu

Nama lainnya Munira Turkish delight. Di sini kita bisa berbelanja oleh-oleh khas Turki yaitu manisannya. Selain manisannya yg tersohor, di sini kita bisa berbelanja sabun dan wewangian khas Turki. Selain itu tersedia juga rempah-rempah dan obat-obatan herbal khas sana yang terkenal ampuh untuk penyembuhan alternatif. Harga yang ditawarkan untuk 1 kotak manisan Munira di tahun 2018 adalah sekitar Rp. 300.000 – Rp. 500.000.

Cerentur

Cerentur ini sebenarnya sebuah kafe pada sebuah pom bensin ketika kami melanjutkan perjalanan dari toko Munira menuju Kota Kusadasi. Hebatnya di pom bensin ini terdapat cafe cantik yang makanan dan minumannya tergolong enak dan murah dikantong harganya. Selain itu kita sangat nyaman duduk nongkrong berlama-lama disini karena memang tempatnya se cozy itu.

3. Hari ke Tiga di Turki

Kota Ephesos

Melewati kota Kusadasi, kami akhirnya menuju Kota Efesus. Tempat ini juga salah satu tempat yang paling saya tunggu untuk mengunjunginya. Kota Efesus ini merupakan kota terbesar di dunia pada 1000 masehi karena merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan di provinsinya berada. Tempat ini menyimpan banyak sejarah tentang Bangsa Romawi dan Yunani di zamannya. Melalui reruntuhan banguna megah tersebut bisa saya pastikan betapa besar dan jaya nya kota Efesus di zaman dahulu. Berikut momen-momen pada situs sejarah dan masuk ke dalam salah satu warisan dunia UNESCO.

Pamukkale, Kota Denizili

Menuju Pamukkale di Kota Denizili kami melewati hamparan kebun zaitun yang super luas. Destinasi selanjutnya kami akan ke kota Konya. Namun untuk sampai ke sana kami harus melawati kota Denizili terlebih dahulu. Di Denizili kami sempat makan siang di salah satu restoran bernama Aksehir Ozkan Dinlenme Tesisi. Tempatnya lumayan dan harganya tidak terlalu mahal. Kami tidak terlalu lama disini, kemudia kami melanjutkan perjalanan kami.

Selanjutnya kami singgah ke Istana Kapas atau dalam bahasa setempat disebut Pamukkale. Pamukkale merupakan situs alam yang masuk kedalam list UNESCO. Lokasinya masih berada di kota Denizili. Pamukkale terkenal akibat pemandangannya yang luar biasa dan terbentuk secara alami oleh alam. Jika dilihat dari jauh, situs alam ini terlihat seperti istana es. Namun nyatanya air dan keseluruhannya hangat, bahkan ada airnya yang mendidih. Air hangat kaya mineral yang memiliki suhu 35° C ini jatuh dari puncak gunung ke lereng sehingga menciptakan kontur yang eksotis.  Pamukkale telah dijadikan air Spa sejak Romawi membangun air Spa suci hangat berupa Hierapolis pada saat musim semi. Kolam air Spa tersebut dipenuhi dengan banyak marmer yang diambil dari kuil Apollo, Roma.

Mevlana Museum, Konya

Dari Denizili kami melanjutkan perjalanan ke Kota Konya. Kota ini merupakan salah satu kota paling maju yang ada di Turki. Di sini penduduknya makmur dan berpendidikan tinggi. Di Konya, kami mengunjungi Mevlana Museum yang merupakan makam. Museum Mevlana adalah tempat seorang pujangga dan tokoh yang melahirkan Tarian Sufi Turki yakni Jalaludin Rumi mendirikan sekolah, kemudian tempat ini menjadi tempat Beliau dimakamkan. Museum ini juga disebut Istana Kebun Mawar atau Rose Garden karena banyak ditanam bunga mawar aneka warna.
What a worderful place!

5. Hari ke Lima di Turki

Goreme Open Air Museum – Cappadocia

Kami melanjutkan perjalanan ke kota Cappadocia. Cappadocia merupakan perkampungan yang berisi rumah, gereja, dan masjid yang diukir dari formasi batuan vulkanik kuno. Letaknya di Provinsi Nevehir di wilayah Anatolia Tengah, Turki. Cappadocia adalah daerah di mana seluruh kota merupakan batu yang dipahat. Kota ini terdiri dari perbukitan batu, tebing berbentuk menara, dengan rupa-rupa bentuk semacam kue kering meringue. Tempat ini sebenarnya adalah kompleks gereja dan biara yang berasal abad ke 11. Gereja-gereja yang ada di kompleks ini dibangun dari bukit bebatuan lunak khas Cappadocia.Gereja-gereja ini tidak lagi berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi sebagai museum. Sungguh sangat indah dan kaya sejarah tempat ini.

Kaymakli Underground City

Pada daerah Cappadocia ini terdapat juga satu situs UNESCO yang memang sudah saya tunggu-tunggu untuk datangi dari awal keberangkatan, yaitu Goreme Open Air Museum. Tempat ini merupakan tempat prasejarah dimana dulunya tempat ini ada gua batu yang dipahat sendiri oleh para pelarian ketika dulu perang masih berkecamuk. Di dalamnya ada dapur, penyimpanan anggur, gereja, penyimpanan ternak dan jalur-jalur lorong pelarian. Kami sungguh merinding membayangkan bagaimana para pelarian itu bisa hidup di dalam gua batu itu bertahun-tahun lamanya. Keren!

Cappadocia Ballons

Puncak segala acara di daerah wisata Cappadocia adalah mengelilingi kota dengan naik balon udara. Namun hal ini tidak bisa dilakukan setiap saat karena penerbangan balon udara sangat tergantung pada keadaan cuaca dan alam. Balon udara hanya bisa terbang jika angin bergerak secara normal dan tidak sedang hujan. Jika berhasil naik balon udara nantinya akan mendapat sertifikat dari pengelola fasilitas. Kami kebetulan berkesempatan untuk ke sana. Happy sekali!

6. Hari ke Enam di Turki

TuzGolu (Laut Garam terbesar di dunia)

Hari ini kami kembali lagi menuju kota Istanbul sehingga kami berbalik arah kembali menuju Kota Konya. Di tengah perjalanan kami melewati sebuah laut garam raksasa. Tuz Golu berarti Laut Garam yang merupakan salah satu Laut Garam terbesar di dunia. Letak Tuz Golu ini terletak di Wilayah Anatolia Tengah, sebelah timur laut Konya. Jadi ini tidak boleh untuk dilewatkan. Selain ada laut garam, penduduk setempat mengelola garam-garam hasil bumi tersebut menjadi sabun dan bahan-bahan kecantikan. Keren ya!

Ataturk Orman Ciftligi, Ankara (Ibu kota Turki)

Sore hari kami tiba di Ibu Kota Turki, Kota Ankara. Kami mengunjungi Ataturk Orman Ciftligi yang merupakan monumen makam dari Mustafa Kemal Ataturk yaitu Bapak Turki (Presiden pertama negara Turki). Tempatnya luas sekali. Tempat ini dijaga oleh para tentara namun terbuka untuk publik.

Malam hari sekitar jam 8 malam kami tiba di Istanbul dan langsung makan malam di tengah kota. Ternyata ada satu restoran Indonesia di sana bernama Warung Nusantara. Makanan yang dijual disana benar-benar cita rasa Indonesia. Sedikit mengobati rasa rindu kami akan rasa makanan di Indonesia.

7. Hari Ke Tujuh di Turki

Laut Marmara & Bosphorus Bridge of Istanbul

Laut Marmara adalah yang memisahkan bagian Eropa Turki dari bagian Asia. Laut Marmara adalah laut yang terhubung ke Laut Hitam melalui Selat Bosphorus dan ke Laut Aegea melalui Dardanelles Pass.

Agenda kami hari terakhir di Turki adalah menyebrangi Laut Marmara menggunakan kapal cruise kecil yang tiketnya bisa dibeli di sepanjang pelabuhan yang ada di sekitar Laut Marmara. Dengan menaiki kapal, kami melakukan city tour sekitar 1,5 jam mengelilingi kota.

Ditengah pelayaran kami melewati The Bosphorus Bridge of Istanbul yg merupakan jembatan penghubung Turki bagian Eropa dan Asia. Jika Laut Marmara adalah pemisahnya, maka jembatan ini adalah penghubungnya.

8. Kepulangan

Hari kedelapan kami pulang dari Istanbul International Airport , transit sekitar 5 jam di Qatar dan langsung terbang menuju Soekarno-Hatta Internasional Airport.

Sekian untuk perjalanan honeymoon kami yang tidak ada nuansa romantis nya. Semoga bisa memberikan sedikit gambaran kepada siapa pun yang ingin berlibur ke Turki. Salam!

[DISCLAIMER ON]
☘️Penulisan blog ini saya persembahkan untuk suami saya tercinta di hari ulang tahun pernikahan kami yang ke 3☘️

Seni seviyorum. Beni sevdiğin için teşekkür ederim

23 tanggapan untuk “Pengalaman Travelling ke Turki [Honeymoon Edition]

  1. wah, seru banget jalan2nya. jadi kebayang gimana lokasi wisata yg dikunjungi setelah baca tulisan ini.
    Ini jadi motivasi aku utk berkunjung kesana.
    Btw, cerita hari keempatnya ga da ya….haha, jadi makin penasaran deh sama bulan madu kalian.

    Suka

  2. Waaahh seru banget bisa ke banyak lokasi gitu haha. Turki jg jadi salah satu wishlist aku buat travelling sih, tp lebih pengen ke Cappadocia nya :”)

    Btw happy anniv ya ! Hehe

    Suka

  3. semalem habis nonton indonesia vs afghanistan. pertandingan tsb digelar di turki, tepatnya di athalaya. padahal cuma main di training ground, tapi tempatnya elegean, bersih, dan tentunya memanjakan mata.. terus ngeliat sekeliiling lapangan juga sangat indah kotanya.. paginya ngeliat artikel kakak jadinya malah sangat tertarik kesana.. bismillah semoga bisa ke turki

    Suka

  4. Hadiah yang sangat indah, mengenang honeymoon ke Turki paska menikah. Asyiknya ya setelah nikah bisa langsung honeymoon ke Luar Negeri, ke Turki pula, duuh pengen juga. Oh ya karena gak mau rugi jadi lebih banyak jalan2nya ya dibanding memikmati honeymoon? 😀

    Suka

  5. Turki emang ga ada matinya ya Kak, wisata sejarahnya sangat kaya dan wajib dikunjungi kalau ke sana. Paduan Asia dan Eropa yang indah, Turkilah namanya. Kalau saya suka ikuti perjalanan kuliner Food Ranger yang makan di Turki, kayaknya enak tapi agak kurang ya untuk lidah kita? Apalagi Hagia Sophia dan Kota Efesus yang memang historis banget, duh jadi beneran mupeng ke sana. Makasih ya udah jadi hiburan tersendiri saat wabah begini.

    Suka

  6. Seruuuuu bangettt

    Turki memang penuh dengan pesona, tidak hanya sejarah namun juga pemandangan dan urban culturenya. Sebagai negara yang cukup tua dan penuh dengan sejarah, berlibur ke Turki merupakan sebuah perjalanan yang cukup seru dan berkesan. Apalagi bareng dengan pasangan

    Thanks for sharing such wonderfull story, pen banget liburannnnnnnnn…………………..

    Suka

  7. Selamat HUT ketiga ya, Kak. Semoga langgeng dan berbahagia selalu.

    Terima kasih saya bisa ikut menikmati kado buat suami. Komplet, deh.

    Tempatnya Jalaluddin Rumi itu saya ingin sekali mengunjunginya sebab saya pernah nulis tentangnya.

    Pingin banget juga ke Hagia Sophia yang punya sejarah panjang dan rumit. BTW saya pun kaget dan tidak setuju dengan perubahan fungsinya pada 2020 lalu. Opini saya, lebih cocok bangunan tersebut jadi museum saja. Lebih netral.

    Suka

  8. Wahhh aku baru tau banget kalau disana makanannya gak pake penyedap rasa atau menggunakan rempah-rempah kedalam makanannya. Apalah lidahku ini yang tidak bisa tanpa hal-hal itu, bisa-bisa bawa makan sendiri nih dari Indonesia hha. Tapi dari segi wisata dan sejarah turki emang debeshh banget yaa, banyak hal yang bisa dikunjungin dan dinikmati sendiri ataupun bersama pasangan. Romantis banget sih

    Suka

  9. Dulu saya hanya membaca turki dari buku, saat menjejakkan kaki disana, banyak kegembiraan yang dirasakan. sama seerti kakak yang melihat keindahan turki dengan bahagia.
    Sempat hampir berangkat untuk beasiswa kuliah disana namun tak mendapat restu orang tua. Berjanji akan kembali lagi kesana kelak

    Suka

  10. Selamat ulang tahun pernikahan, buat kakak dan suami ..Semoga bahagia dan sukses selalu ya
    Senengnya honeymoon gini, kalau menurutku ini malah romantis, habis nikah berdua bisa langsung ke Turki bisa sekian banyak destinasi lagi..keren!

    Qatar Airways memang top, sudah pernah naik ini juga aku sekeluarga

    Aku belum pernah ke Turki, nanti bisa nih itinerarynya diikuti. Anakku yang sudah ke sana, ada acara folklore ke sana bareng sekolahnya. Dua minggu, tampil di sekolah-sekolah, dalam misi budaya. Anak laki-laki main gamelan, anak perempuan nari..wah jadi mupeng ke Turki

    Suka

  11. Wah kak asik ya berduaan jalan jalan ke Turki, dari dulu pengen bgt ke Turki apalagi ke Green Mosque, baca postingan ini jadi bikin makin pengen😆 tapi makasih kak sedikit mengobati karena berasa jalan jalan kesana juga aku pas baca

    Suka

  12. Ada beberapa hal yang aku catet banget selama baca tulisan ini tentang jalan-jalan ke Turki. Salah satunya, pinter-pinterlah nawar pas beli. Ya ampun Mbak, aku paling nggak bisa banget urusan ini. Hahaha… Kalau ke Turki, dari dulu aku pengennya bisa lihat tulip sama ke Cappadocia. Konon katanya tulip di Belanda asalnya dari Turki ya?

    Suka

  13. Tetap romantis ah kalau menurutku. Banyak sekali keindahan yang dijalani saat perjalanan bersama suami gini. Mungkin untuk penulisannya bisa dibagi beberapa artikel mba biar ga kepanjangan. Seruuu banget nih bacanya. Baru tau juga fakta tentang Hagia Sofia yang ternyata seperti itu ya statusnya. Nah, saat ini fungsinya masih jadi masjid atau museum mba?

    Suka

Tinggalkan komentar