Saya Sembuh dari GERD tanpa Obat (II)

Hello (again)

Singkat cerita, setelah 5 hari harus opname, saya pulang kerumah. Sesampainya dirumah, saya harus banyak sekali mengonsumsi berbagai macam obat-obat yang katanya bisa menyembuhkan saya. Tetapi entah kenapa hati kecil saya sebenarnya menolak untuk mengonsumsi berbagai macam bentuk obat-obatan tersebut. Mulai dari bentuk pil, bubuk, sampai sirup pun ada.

Lama kelamaan saya jenuh sendiri dengan berbagai jenis obat-obatan tersebut. Tidak sampai 3 hari, saya stop mengonsumsinya. Dikarenakan disalah satu obat yang wajib saya konsumsi tersebut membuat saya jadi mengantuk seharian. I dont like all the things about unproductive, right? ☺️✌️

Tidak lama setelah saya stop komsumsi semua obat-obatan tersebut, dimulailah Perjalanan Hidup Sehat Saya dimulai. Karena saya trauma sekali sakit, tak berdaya di ruang opname. Selain itu, saya selama di RS sangat menyusahkan suami saya yang harus ambil cuti demi menjaga saya, serta mami saya yang harus bolak balik ke RS untuk memberi makanan sehat (versi beliau), setelah dia melihat makanan saya di RS sangat tidak mencerminkan makanan untuk orang yang sedang sakit pencernaan. Well, di RS tersebut, snack yang diberikan adalah gorengan. Ya! Risol Goreng. Can you imagine, guys?

Ibaratnya alam semesta mendukung, saya bertemu dengan teman lama saya bernama Naomi. Dari pertemuan dengan Naomi lah saya akhirnya bisa mengerti dan paham secara general bagaimana pola hidup saya sangat berperan besar terhadap penyakit GERD ini. Saya yang betul-betul buta dengan jenis makanan apa yang seharusnya dikonsumsi oleh penderita GERD akhirnya mencoba untuk mencari tahu sendiri lewat Mbah Google. Dari hasil pencarian tersebut, saya menemukan satu Restoran makanan sehat yang ada di Medan. Karena saya penasaran dengan makanan sehat itu sebenarnya ingredient nya apa, saya mencoba mengunjungi restoran tersebut. Di Restoran tersebut saya bertemu dengan Naomi.

Kami disana bercengkrama sangat lama. Terakhir kali saya bertemu dengannya ketika saya masih SMP. Dari pembicaraan yang sangat lama itu, saya shock karena ternyata setahun terakhir dia menderita sakit kanker. Yeah, she’s cancer survivor. Dari dia saya belajar banyak hal, bahwa kesehatan itu harga yang sangat mahal, investasi yang harusnya paling kita pupuk sedari masih muda. I adore her so much! She is the toughest woman I have ever met. ❤️

Dia bercerita bahwa ada satu buku yang menginspirasinya untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan dari RS, karena itu kimia bukan bahan yang natural dari alam. Buku tersebut berjudul “The Miracle of Enzym” karya Hiromi Shinya. Dari buku inilah Naomi belajar bahwa sebagai penderita kanker, idealnya adalah bukannya mengadalkan obat-obatan RS sebagai sumber kesembuhan melainkan mengubah pola makanan, terutama pola gaya hidup. Dia mengaku bahwa setelah menerapkan pola gaya hidup sehat didalam buku Hiromi Shinya tersebut, hidupnya semakin lebih baik. Saya juga menyaksikan sendiri, Naomi yang katanya saat itu sedang mengidap kanker, malah lebih segar dari saya yang sakitnya belum separah itu.

Saya penasaran. Sepulang dari Restoran tersebut (dengan tentunya sudah poto menu-menu makanannya dengan harapan bisa meniru masakan tersebut di rumah sendiri 😂✌️) saya langsung ke Gramedia terdekat dan langsung saya bungkus pulang buku Hiromi Shinya tersebut. Sepanjang malam saya terjaga. Saya pelajari buku tersebut yang beratus-ratus halaman. Betapa sangat terkejut saya setiap membuka lembar demi lembar halaman buku tersebut. Rasanya bagaikan ditampar kanan-kiri-atas-bawah-depan-belakang!

Buku The Miracle of Enzyme oleh Dr. Hiromi Shinya
(Ahli Bedah Gastroenterologi terbaik di dunia)

Ada beberapa yang kutipan didalam buku tersebut yang sangat menggelitik saya. Singkatnya, menurut Dr. Hiromi Shinya, setiap organ, sel atau apapun yang menunjang keberlangsung didalam tubuh tubuh kita muaranya adalah sistem pencernaan kita. Saat sistem pencernaan kita tidak baik, maka hal itu yang membuka kesempatan untuk berbagai macam penyakit muncul didalam tubuh kita. Dan biasanya ketika muncul penyakit kronis didalam tubuh kita, itu adalah akumulasi seluruh kesalahan kita dalam memasukkan makanan ke dalam tubuh kita, ditambah dengan tidak adanya aktivitas yang menunjang agar makanan-makanan yang berat tersebut dapat tercerna dengan baik.

Setiap organ dan sel dalam tubuh kita, dalam tugasnya mencerna, mengolah dan menghasilkan kotoran (pup) memerlukan enzim untuk bekerja. Semakin kompleks suatu makanan yang akan diolah tubuh, maka organ yang bekerja untuk mengola makanan tersebut menjadi pup akan semakin berat. Setiap organ dan sel tersebut memiliki batasan maksimum enzim. Jika organ dan sel dipaksa terus menerus melakukan “pekerjaan berat” -nya, maka menurut Dr. Hiromi Shinya maka enzim tersebut akan habis. Disaat enzim-enzim tersebut habislah segala penyakit pencernaan dan penyakit-penyakit berat lainnya (jantung, kanker lambung, dll) bermunculan.

Didalam bukunya, Dr. Hiromi Shinya menyebutkan beberapa hal yang bisa kita terapkan agar enzim tubuh kita tetap terjaga. Berikut saya jabarkan :

1. Jagalah rasio 85-90% makanan nabati dan 10-15% makanan hewani
2. Biji-bijian sebaiknya membentuk 50%, sayuran dan buah-buahan 35-40%, makanan hewani 10-15% dari keseluruhan
3. Konsumsilah biji-bijian yang tidak digiling, yang secara keseluruhan membentuk 50% makanan
4. Makanan hewani sebaiknya dari hewan yang bersuhu tubuh lebih rendah daripada manusia, seperti ikan
5. Konsumsilah makanan yang segar dan tidak diproses, jika mungkin dalam bentuk alaminya
6. Hindarilah sebisa mungkin susu dan produk-produk susu (mereka yang tidak tahan laktosa, memiliki kecenderungan alergi, atau tidak menyukai susu dan produk-produk susu sebaiknya menghindari sepenuhnya
7. Hindarilah margarin dan makanan yang digoreng
8. Menguyahlah dengan baik (40-70 kali setiap suapan) dan usahakan untuk menyantap porsi-porsi kecil

Terkejut? Ya! Saya juga😅

Makanan sehari-hari kita di Indonesia biasanya 50% nasi putih , 35% daging hewani dan 15% sayur-sayuran. Belum lagi kebiasan kita yang suka mengosumsi makanan yang diproses, semua lauk kita rata-rata dihasilkan dari proses penggorengan, contohnya ayam goreng, telur goreng, dll. Yang paling mengejutkan adalah SUSU. Kita yang sedari kecil sudah mengosumsi produk olahan susu seperti susu sapi, keju, yogurt, ternyata itu semua hanyalah akal-akalan marketing semata. Karena menurut Dr. Hiromi Shinya, seorang ahli bedah Gastro yang sudah beribu kali membedah pencernaan manusia dari berbagai penjuru dunia, ternyata produk olahan susu jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan menyebabkan racun didalam tubuh kita.

Wow! Sungguh kenapa saya diusia 25 tahun baru tahu hal ini?

Seketika ketika saya membaca buku tersebut, saya termenung. Pantas saja tubuh saya memberontak. Dia sudah lama saya siksa dengan berbagai makanan yang tidak sehat. Belum lagi pola hidup saya yang semakin berantakan akibat pekerjaan kantor. Tapi saya masih beruntung. Beruntung saya sudah tahu hal-hal begini diumur saya 25 tahun. Diumur saya yang masih muda saya sudah mendapatkan pelajaran berharga ini. Bagaimana seandainya jika saya tahunya disaat saya sudah berumur dan penyakit GERD tersebut sudah ditahap kronis?

Tuhan memang baik!

Tuhan sangat sayang kepada saya sehingga saya diberikan waktu sedari muda untuk memperbaiki kualitas hidup saya. Saya langsung tersadar ini alarm dari Tuhan. Semua milestone yang saya alami seperti sudah diatur Tuhan. Tuhan mau saya berbenah dari sekarang. DIA mau saya bisa menjadi berkat melalui pengalaman saya dan meneruskan pengalaman ini kepada orang lain.

Siapa pun kalian ayo semangat! Tidak perlu seperti saya dulu kan? 😊

Cukup dengan mengubah lifesyle dengan 8 langkah diet enzim Dr. Hiromi Shinya diatas, kita sudah sangat bisa hidup sehat. Dibarengi dengan olahraga tentunya.

Cerita ini akan bersambung ke Part III (ending story). Nantinya akan saya beberkan apa saja yang saya lakukan selama proses pemulihan saya terhadap penyakit GERD, apa saja struggling yang saya hadapin dan apa benefit yang saya rasakan akibat mengubah lifestyle saya dan suami sejauh ini.

Xiao!

My Body is My Temple

4 tanggapan untuk “Saya Sembuh dari GERD tanpa Obat (II)

  1. Hallo Mba Tania! Satu lagi kesamaan kita, yaitu sama-sama punya penyakit GERD!
    Huhuhu, saya pernah pingsan dulu karena saking sakit perutnya, tapi gak sampai masuk RS sih.
    Level Gerd saya kemungkinan sudah bisa dibilang sedikit mengkhawatirkan. Karena kalau udah kambuh, bukan perutnya yg sakit, melainkan kepala dan dada pun rasanya eneg, sesak.
    Jadi tertarik saya sama bukunya, besok jajan buku ini ah ke Gramed

    Suka

  2. Hai Kak! Aku sendiri sekarang lagi proses penyembuhan pembengkakan ginjal kanan. Bener banget kak, dari pola hidup yang gak sehat, ditambah kerjaan seabrek bikin aku jadi kena penyakit gini. Gimana gak sakit coba, makan pedes, minum kopi sama susu gak pake aturan. Olahraga jarang. Setelah sedikit demi sedikit diubah sekarang sudah membaik dan tubuh terasa lebih segar. Merasa ada temen kak hehee jadi gak ngerasa sendiri

    Suka

  3. Hi Kak.. Nice to meet you, ternyata bisa menemukan artikel kakak wktu lagi nyari2 pengalaman dan info soal GERD.

    krn jujur saya sendiri sering mengalami masalah lambung, tpi kadang kala di sekitar kita masih banyak yg belum paham perbedaan maag dan gerd. jadi wktu pelajari ttg kesehatan, cari2 infonya & ketemu artikelnya yg menarik, bahkan sharing pengalamanny yang sembuh tnpa obat, bnr2 info yg sbnrnya di butuhkan banyak orang, dan ini yg mesti banyak org paham, bahwa pola hidup, pola pikir dan nutrisi yang tepat untuk kita konsumsi itu adalah point awal untuk tubuh yg lebih sehat dan terhindar dari kerusakan organ2 tertentu yg menyebabkan tubuh ‘komplain’.

    Saya juga udh follow ig nya kak Feby..

    Best Regards,

    Yolanda Agustina
    @yolandazhenzhennew

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s