Apakah Budak Corporate bisa menjalani gaya hidup Slow Living?

Sunset, 13 Maret 2024

Pertanyaan pada judul tulisan ini mungkin memang menjadi pertanyaan sejuta umat pegawai kantoran belakangan ini. Pertanyaan ini juga sejalan dengan mulai terkenalnya gaya hidup minimalism, mindfulness, slow living dan sebagainya. Namun khusus tulisan kali ini, mari kita fokuskan pembahasan kita mengenai hidup slow living.

Slow Living sendiri dalam artian awamnya adalah hidup dengan melambat dengan tujuan untuk menjalani hidup yang bermakna dimana hidup dengan sederhana dan berfokus pada kualitas hidup. Orang yang menjalani gaya hidup Slow Living akan membentuk kembali kehidupannya sehingga orang yang menjalaninya merasa hidupnya bermakna dan terpenuhi sesuai dengan versi bahagianya masing-masing. 

Gaya hidup Slow Living merupakan kebalikan dari “Fast Living” dimana banyak dari kita sedang terjebak dalam kompetisi kosong yaitu hidup tergesa-gesa agar terlihat sukses dan kaya yang berujung pada gaya hidup flexing. Dan lucunya, kehidupan fast living itu kebanyakan berpusat dan diapreasi di dunia maya. Kehidupan didunia nyata sedikit demi sedikit tergerus. Tak jarang untuk mengetahui keadaan seseorang kita malah melihat postingan di sosial media seseorang.

Untuk para budak corporate, menjalani gaya hidup Slow Living ini susah. Saya pribadi sebagai budak corporate (pegawai kantoran) merasa hidup Slow Living sangat tidak selaras dengan pace kehidupan kantoran dimana adanya target-target pekerjaan yang terus meningkat setiap bulannya. Belum lagi pekerjaan kantoran sudah pasti akan berkutat didepan layar komputer dan smart gadget lainnya yang membuat para budak korporat gampang terdistraksi. 

Namun, bukan berarti gaya hidup Slow Living mustahil untuk dijalani. Slow living sendiri bukan berarti tidak memiliki ambisi. Namun melalui Slow Living, ambisi-ambisi tersebut diraih dengan sangat hati-hati. Setiap keputusan dalam hidup benar-benar dipertimbangkan baik dan buruknya. Bahkan sekedar untuk memposting sesuatu di media sosial pun penuh dengan pertimbangan. 

Apakah itu penting untuk saya posting?
Mengapa saya harus memposting itu?
Kepada siapa sebenarnya postingan itu saya tujukan?
Apa tujuan memposting hal itu?
Apakah postingan tersebut berguna dan bertujuan positif bagi yang melihatnya?

Lebih jauh lagi, Slow Living akan membuat kita berpikir lebih dalam dalam memutuskan segala sesuatu dalam hidup kita. Tanpa perlu memandang dan menyetarakan hidup kita dengan orang lain.

Apakah saya perlu harus menjadi Direktur Utama baru atau titik karir tertentu maka saya akan merasa puas pada karir saya?
Apakah saya harus liburan ke luar negeri atau negara tertentu seperti teman kantor saya baru saya akan bahagia?
Apa perlu saya tinggal dilokasi elit dan punya kendaraan mentereng baru saya merasa hidup saya berkecukupan?
Apakah saya hanya bisa bahagia jika rekan kerja dan atasan saya memuji pekerjaan saya?
Apa saya memang harus mengambil S2 keluar negeri sehingga saya harus meninggal dan melepaskan waktu bersama dengan keluarga yang sangat mencintai saya?

Dan masih banyak lagi pertimbangan yang sebenarnya harus kita pikirkan dan kita akan lebih bisa memutuskan apa yang terbaik hanya jika kita bisa lebih melambatkan diri dengan hidup Slow Living.

Sejatinya, Slow Living bukan memperlambat kehidupan sehingga kita tertinggal dan tenggelam. No! Slow Living mengajarkan kita untuk sedikit melambat dan lebih mindful terhadap apapun yang menjadi kegiatan kita. Slow Living akan membuat kita bahagia dari dalam, bukan berasal dari pujian orang luar. Slow Living membuat kita akan lebih mudah bersyukur dan dekat dengan Sang Pencipta.

Slow Living sendiri sebenarnya ada pada diri kita masing-masing sejak awal. Hanya saja kebanyakan kita terutama para pekerja kantoran kurang meluangkan waktu untuk barang sejenak menyingkir segala kebisingan pekerjaan dan distraksi dan melihat kedalam diri sendiri, apa sebenarnya yang kita cari di dunia ini?

Pada akhirnya, menjalani Slow Living akan mengajari kita untuk memilih. Memilih mana hal yang memang harus dilepaskan dari hidup kita yang membuat kita menjauh dari gemerlap fast living saat ini. Akan adanya waktu yang lebih terasa lenggang dan teman-teman yang tidak sefrekuensi lagi menjauh dengan sendirinya. 

Slow Living bukannya mengajarkan kita untuk malas. Namun Slow Living membuat kita sadar hadir penuh saat ini, detik ini dan mensyukuri setiap kegiatan yang masih kita lalui dengan sehat. Meninggalkan lomba-lomba duniawi untuk mencapai taraf hidup tertentu. Yang sebenarnya kita tahu dalam hati masing-masing, tanpa perlu mencapai taraf hidup seperti orang-orang lain itu pun kita sudah merasa cukup dan penuh.

28 tanggapan untuk “Apakah Budak Corporate bisa menjalani gaya hidup Slow Living?

  1. Saya suka dengan konsep slow living ini. Bener banget apa yang disampaikan, harus digarisbawahi bahwa slow living itu bukan lah malas, tetapi “menikmati setiap proses hidup” kalau menurut saya.

    Suka

    1. setuju kak. Menurut saya konsep slow living juga tidak ada salahnya. Wajar-wajar saja jika kita ingin menikmati proses hidup ini selagi itu tidak merugikan orang lain.

      Suka

  2. Menjawab pertanyaan ini agak tricky sii, mengingat gimana kehidupan budak corporate setiap harinya hahaa. Aku sendiri masih berposes untuk slow living dan meninggalkan perlombaan duniawi, yang kesannya hanya sebagai pembelaan diri eksistensi diriku aja. Slow living akan mengajari gimana kita benar2 menikmati hidup, lebih peka dengan sekitar, dan self love lebih banyak lagi.

    Suka

  3. baru paham ada gaya hidup ” slow living” yang selama ini saya jalani. Berpegang pada prinsip menjalani proses dan waktu yang semakin lama semakin terasah dalam hal yang kita kerjakan.

    Suka

  4. Pingin fast living malahan, karena sehari2 aku slow living banget gegoleran ga ada yang dikejar. Anak-anak juga udah pada gede2 diluar kota. Ajakin aku fast living dong, hidupku terlalu lelet..hiks

    Suka

  5. aduh budak corporate , ngepas banget sama kondisi aku saat ini. hha

    Tapi aku suka konsep tentang slow living dari kakak, melambat bukan untuk malas, tapi sedikit mundur untuk loncat lebih tinggi.

    Suka

  6. Aduh.. berat nih haha… aku sebenernya cenderung fast living padahal gak budak korporat juga hihi.. soalnya banyak hal yg secara alamiah mendorong gaya hidup fast living

    Suka

  7. jadi inget kehidupanku yang sekarang tinggal di desa Kebanyakan orang di sini ini masuk di kategori Solihin sementara aku tipe orang yang dalam satu hari itu harus bisa ngejar banyak target udah kebiasaan dari zaman dahulu

    Suka

  8. Saya sepertinya tipe orang yang slow living selalu menikmati semua momen dalam hidup termasuk ketika kerja di kantoran, namun meskipun begitu bukan berarti saya tidak punya ambisi, semuanya ada adaptasinya, kapan harus slow kapan harus fast

    Suka

  9. wah klo gaya hidupku sekarang tak cums slow living sih, rebahan living kayaknya, ealaah …

    BTW seorang pekerja kantoran bisa melakukan slow living saat pulang kerja, misalnya dg tak buru2 ngejar angkot, tapi dg jslan santuy sambil menikmati keindahan senja.

    Suka

  10. Iya ya, kayaknya gaya hidup slow living mah agak susah untuk dipraktekin budak korporat. Ya gimana, kerjaan ada deadline yang ketat. Pastinya jadi harus selalu ada targetnya. Kalo untuk pelaku wiraswasta mungkin bisa. Aku kepengen deh bisa hidup slow living gitu. Tapi tentu, harus sudah mencapai financial freedom dulu. Biar tenang. 😀

    Suka

  11. mungkin tergantung sama jobdesk pekerjaan juga sih, ada pekerjaan di bidang tertentu yang flow kerjanya gak terlalu banyak pressure.. sehingga mereka lebih memungkinkan untuk menjalani gaya hidup slow living

    Suka

  12. Saya pikir slow living ini berbanding lurus juga style fashion, yakni slow fashion. Dalam hidup kita selalu ada pilihan, dan membiarkan sesuatu terjadi tanpa perlu banyak mencemaskannnya, terkadang bisa jadi pilihan terbaik.

    Suka

  13. Kalau masih ada deadline kerja sepanjang hari dan juga bos yang micro managig bakalan susah deh. Terkadang memimpikan punya bisnis sendiri atau jadi freelance yang mengatur deadline sendiri dengan pencapaian yang diinginkan

    Suka

  14. one day aku dan suami akan menjalani hidup slow living, tinggal di rumah estetik di atas gunung dan hidup bersama, menua, bahagia, berkecukupan aamiin

    Suka

  15. Setuju sekali hidup slow living buak berarti nanti kita ketinggalan apalah, tapi justru lebih menikmati hidup, fokes ke diri sendiri, sehingga apa yang dikerjakan bener2 mindfull ya.

    Emang zaman sekarang apa2 serba diposting kadang bikin agak gimana, tapi kitajuga harus selalu ingat tujuan posting buat apa, kalau kurang bener ya sebaiknya dibenerin hehe.

    Suka

  16. Slow living khan bukan bermalas-malasan atau terlalu santai. Slow living adalah bagaimana hidup dengan tenang dan nyaman sehingga bisa menikmati hidup dengan baik. Jadi ya, siapapun bisa kok slow living termasuk buak corporate sekalipun

    Suka

  17. Mungkin perbedaan penamaan atau istilah saja ya. Saya lebih suka menyebutnya sebagai Balance Living atau gaya hidup seimbang. It’s okay to be busy at work, karena walau terkesan klise, tapi jujur pekerjaan yang kita sedang jalani itu bisa jadi impian buat orang-orang yang menganggur dan sulit mendapatkan pekerjaan. So, yes. For me it’s all about balance between personal life and working.

    Suka

  18. Mungkin perbedaan penamaan atau istilah saja ya. Saya lebih suka menyebutnya sebagai Balance Living atau gaya hidup seimbang. It’s okay to be busy at work, karena walau terkesan klise, tapi jujur pekerjaan yang kita sedang jalani itu bisa jadi impian buat orang-orang yang menganggur dan sulit mendapatkan pekerjaan. So, yes. For me it’s all about balance between personal life and working.

    Suka

  19. Saya lagi belajar gaya hidup slow living ini. Awal-awal emang susah, ngeliat teman yang udah punya rumah, mobil, aset, jadi ngerasa insecure. Jadi dipikiran cuma ada gimana caranya biar bisa dapet uang yang banyak. Kerja kerja kerja…

    Suka

  20. Saya pribadi, saat ini masih terus berproses untuk menjalani Slow Living. Belum sepenuhnya, sih. Kadang masih tergoda, karena nafsu dunia. hehe…

    Suka

  21. Bener banget, slow living bukan males. Hanya pengen lebih hidup sesuai target diri sendiri and lebih memaknai hidup dengan baik.

    Suka

Tinggalkan komentar