Panduan Singkat Memulai Perjalanan Pernikahan

Saat kita kecil, sebagian dari kita beranggapan bahwa pernikahan itu adalah hal yang berisi kesenangan semata. Banyak dari kita dari kecil salah mengartikan bahwa ketika pesta pernikahan diselenggarakan maka didetik itu jugalah kehidupan indah dan ‘happy ending’ akan dimulai.

Tentu ini semua bukan salah kita. Kita tidak salah sepenuhnya karena sedari dulu kita sudah di iming-imingin indahnya pernikahan pada iklan-iklan ataupun sinetron-sinetron di televisi. Banyak dari kita melihat tayangan keluarga bahagia yang terdiri dari sepasang suami istri yang mempunyai sepasang anak lelaki dan perempuan yang tinggal di sebuah rumah yang besar dengan sang suami bekerja sebagai manajer di perusahaan ternama serta sang istri yang setia mengurus pekerjaan rumah dan keluarga di rumah. Inilah yang merasuki dan mendoktrin pemikiran kita sedari kecil serta meyakinkan kita bahwa pernikahan yang seharusnya pastilah seperti tayangan televisi tersebut.

Nyatanya pendidikan mengenai rumah tangga tidak pernah diajarkan dimana pun dahulunya. Kebanyakan orangtua kita dan bahkan kita sendiri pun hanya melihat contoh teladan bagaimana mengelola rumah tangga dari orangtua kita. Beruntunglah kita jika memiliki keluarga yang utuh dan akur sehingga bisa menjadi contoh dan menurunkannya ke anak dan cucu kelak. Bagaimana kalau tidak?

Selain tayangan sinetron dan iklan di televisi, kita pasti banyak melihat banyak contoh rumah tangga disekeliling kita dimana Indonesia seringkali mempraktikkan sistem patriarki dalam rumahtangga. Contoh paling sering kita lihat adalah mental yang diterapkan pada pasutri dimana yang “harusnya bekerja” diluar rumah adalah suami dan yang “harusnya dirumah” adalah istri.

Saya pribadi tidak masalah dengan hal tersebut. Sepanjang pasutri tersebut siap akan konsekuensi dan sepakat akan hal tersebut sejak diawal pernikahan adalah sah-sah saja. Tapi yang seringkali terjadi adalah banyak wanita yang terpaksa ditekan pemikiran dan perasaannya secara sepihak demi mengikuti sistem patriarki.

Begitupun dengan pekerjaan domestik rumah tangga seperti mencuci piring, membersihkan rumah, mengurus kebutuhan anak dan lainnya itu “seharusnya” dikerjakan oleh istri semata. Sedangkan suami ketika sudah pulang kerumah harus beristirahat dengan tenang tanpa mau diganggu dengan urusan domestik rumah tangga karena menganggap bahwa sumbangsihnya dalam pekerjaan rumah tangga hanyalah urusan mencari duit saja. Begitupun sebaliknya.Namun, jika Anda memiliki pasangan yang mau berbagi mengurus berbagai kegiatan rumah tangga, Anda wajib bersyukur dan memberikan apresiasi kepadanya setiap hari.

Yang sering kita sangkal adalah rumah tangga yang berhasil bukan karena kerja satu orang melainkan dua orang yang secara sadar mau mengalah akan egonya masing-masing.

BFN

Berapa banyak rumah tangga yang tidak bahagia dan akhirnya berujung perpisahan karena pasutrinya tidak mau menurunkan egonya masing-masing. Ataupun jika pernikahan tersebut tetap berlanjut dengan mungkin memikirkan dampak psikologis pada anak, pasti ada satu pihak yang harus mengorbankan kesehatan mental maupun fisiknya agar tidak terjadi perpisahan. Dan tentunya hal ini tetap saja akan menganggu psikologis si anak. Bagaimana pun, anak yang sering melihat perdebatan orangtuanya ataupun anak yang sering merasakan orangtuanya tidak hangat dirumah (sekalipun tidak adanya kekerasan fisik/verbal) akan menganggu psikologis si anak tersebut.

Maka dari itu, sehebat apapun posisi pekerjaan atau posisi sang suami maupun sang istri diluar sana, saat kembali pulang kerumah, ingatlah posisi kalian sama besar dan kapasitasnya dalam mengelola rumah tangga. Suami dan istri harus sepakat mengorbankan diri untuk saling mengalahkan ego dan saling menghormati satu sama lain dalam ikatan kasih.

Ini dilakukan agar mental suami dan istri tersebut sehat dan kuat. Kuat bukan hanya menghadapi masalah internal dikeluarga kecil atau inti saja, namun menghadapi permasalahan eksternal yang datang dari keluarga besar ataupun goncangan yang datang dari pihak eksternal. Yang kadang sering kali tidak ada urusannya dan tidak ada kepentingannya dengan keluarga tersebut.

Tapi tentu saja tidak dipungkiri bahwa seringkali permasalahan perceraian ataupun tidak harmonisnya rumah tangga biasanya datang dari diri masing-masing pasangan tersebut. Kembali lagi pada background masing-masing bagaimana masa kecil dan tauladan yang dijadikan kiblat dari sang suami maupun sang istri dalam menjalankan rumah tangga.

Bagi kita yang beruntung memiliki orangtua yang bisa memberikan kita panutan dalam menjalankan rumah tangga yang baik dan benar, maka bersyukurlah. Itu adalah privilage! Dan untuk yang merasa kurang mendapat contoh yang baik dalam berumah tangga dari lingkungan disekelilingnya juga harus patut bersyukur.

Kita hidup dizaman yang serba gampang kalau ada niat untuk belajar dan memperbaiki diri. Sekarang banyak psikolog pernikahan baik offline maupun online. Jangan malu menurunkan gengsi untuk berkonsultasi tentang pernikahan ke psikolog. Bahkan sekalipun kita merasa pernikahan sedang baik-baik saja, tidak ada salahnya untuk sesekali check ke psikolog ataupun mentor/guru spiritual yang memang ahli dibidangnya. Siapa tahu dari sana akan muncul ide-ide dan insights untuk membuat rumah tangga semakin lebih hangat lagi.

Selamat menjalankan bahtera rumah tangga bagi setiap pasutri! Semangat selalu dan jangan pernah berhenti saling mempelajari diri sendiri dan diri pasangan kita. Rumah tangga yang hangat sangat mempengaruhi psikologis pasutri dan anak-anaknya kelak. Semoga Tuhan selalu memberkati dan memberikan kita kekuatan untuk menjalankan rumahtangga yang hebat. Karena bahwasanya berumahtangga yang baik dan benar adalah sebahagian dari ibadah kita didunia ini. God bless!

Tidak ada kata “Resign” dalam berumah tangga. Maka ketika sudah memutuskan untuk menikah, sadarlah bahwa menjalankan rumah tangga adalah “Pekerjaan Seumur Hidup

-BFN-
Bethania & Frans at Bromo Tengger Semeru – 2022
Tulisan ini saya persembahkan sebagai pengingat dan hadiah kecil untuk Anniversary saya dan suami yang ke-4tahun. Terimakasih sudah menjadi partner hidupku!

23 tanggapan untuk “Panduan Singkat Memulai Perjalanan Pernikahan

  1. Sangat arif dan bijaksana ulasan untuk dunia pernikahan. Tidak selalu dipenuhi dengan kebahagiaan tetapi suka dan duka yang bergantiganti. Yach merawat pernikahan dengna menurunkan ego sangat ampuh untuk mengatasinya.

    Suka

  2. Setuju banget kalau beban domestik tidak boleh hanya dilimpahkan pada perempuan saja. Karena sebenarnya pekerjaan dmestik adalah pekerjaan dasar manusia yang harus dikuasai oleh laki-laki maupun perempuan. Sejak awal mau menikah dengan laki-laki yang dapat diajak kompromi. Alhamdulillah dapat suami yang mau berbagi tugas domestik, bahkan banyak membantu.

    Suka

  3. iya banget nih, selama ini calon pasangan suami istri hanya mendengar indah2nya saja soal pernikahan. padahal pernikahan itu adalah pekerjaan seumur hidup yang membutuhkan kerjasama dua orang dan membutuhkan ilmu.
    Dan saya juga setuju kalo di perjalanan pernikahan ga ada salahnya untuk mengunjungi psikolog agar hubungan pernikahan semakin harmonis lagi. congrats buat mba Feby semoga pernikahannya langgeng dan selalu komoak bareng suami.

    Suka

  4. Memulai perjalanan pernikahan tidak semanis dan seindah film. Dan perlu banyak hal yang dipertimbangkan, mulai dari berbagai kesepakatan hidup bersama, komitmen, karena setuju seperti Mbak bilang, pernikahan ga ada resign nya. Perjalanan seumur hidup bersama

    Suka

  5. Happy wedding anniversary yaaa, Ka Bethani dan suami!

    Terima kasih pengingatnya. Aku catat betul point ini

    “Tidak ada kata “Resign” dalam berumah tangga. Maka ketika sudah memutuskan untuk menikah, sadarlah bahwa menjalankan rumah tangga adalah “Pekerjaan Seumur Hidup”

    Suka

  6. Dulu waktu remaja aku berpikiran begitu juga kalau menikah artinya bahagia selamanya, ini sih efek tontonan-tontonan yang hanya memperlihatkan sebatas itu hihi.

    Untunglah sekarang sudah banyak bahasan mengenai kehidupan pernikahan kalau sekompleks itu, sebelum memutuskan menikah untuk terlebih dahulu sering berdialog, pasti kan ada prinsip dan value yang berbeda ya, dan bagaimana nanti berkomprominya

    Sudah begitu pun masih tetap harus belajar setiap harinya ya, namun dengan partner yang tepat dan relasi yang sehat niscaya tetap dapat dilalui bersama dan menjadi sumber kekuatan bersama.

    Happy wedding anniversary juga untuk Kak Bethany dan suami.

    Suka

  7. Tulisan ini bikin saya sadar jg nih. Beberapa kali berantem sm suami krn ego masing2. Pasutri memang hrs banyak belajar utk saling memahami. Banyak PRnya yg mungkin ga ada abisnya jg.

    Suka

  8. Sebenernya, semua tergantung masing-masing pasangan juga yah. Saya juga sangat bersyukur bisa mencontoh kebaikan berumah tangga dari orang tua, pihak saya maupun pihak suami.

    Suka

  9. Betul banget, Kak. Di Indonesia rasanya belum ada pendidikan khusus seputar kerumahtanggaan. Dulu ada tuh pelajaran PKK waktu Sd, disuruh jelasin cara menyetrika pakaian. Aku jadi ingat kemarin ikut IG Live tentang Sistem Pendidikan di Finlandia. Kata penulis, di kelas atas sana ada pelajaran khusus seputar tugas rumah tangga jadi nanti anak cowok pun siap membantu istrinya saat sudah berkeluarga. Happy 4th wedding anniversary!

    Suka

  10. setuju banget kak, kalau ada orang tua yang bisa memberikan contoh yang baik bahkan membuka ruang diskusi yang sehat.. itu rasanya beruntung banget. kebanyakan sih nggak begitu ya soalnya..

    Suka

  11. sebelum menikah, hendaknya calon pengantin membahas banyak hal, termasuk soal pekerjaan dan juga pembagian tugas dalam rumah tangga, karena berumah tangga butuh kerja sama selamanya. Hilangkan ego agar rumah tangga bisa berjalan dengan baik meski nantinya sesekali akan ada kerikil-kerikil kecil dalam perjalanannya.

    Suka

  12. Wahh pengalaman yang berharga banget buat aku yang bakal melangsungkan pernikahan beberapa tahun kedepan, saling pengertian dan komunikasi yang baik antar sesama pasangan emang sesuatu hal yang penting dan harus dijaga bersama.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s