
Beberapa tahun terakhir rasanya hampir mustahil kita hidup tanpa berdampingan dengan internet. Internet yang awalnya kita pergunakan untuk bekerja ataupun berselancar guna memperoleh informasi penting sekarang berubah fungsi.
Penggunaan internet belakangan ini tidak pernah lepas dengan penggunaan sosial media. Setiap hari, kita selalu berkutat dan bahkan hampir menghabiskan sebagian besar waktu kita menggunakan sosial media. Entah itu untuk bekerja, membuat konten menarik, ataupun hanya sekedar scrolling timeline di laman sosial media.
Saya menyadari kita sebagai manusia modern saat ini tidak mungkin bisa lepas dari media sosial. Ada saja selalu yang dapat menarik perhatian kita selama berselancar di media sosial. Mulai dari mencari kabar terbaru dari teman lama, mengikuti kegiatan positif seperti bergabung dengan komunitas yang menarik minat kita sampai hanya sekedar kepo-in teman atau saudara terdekat. Semuanya dapat kita cari tahu hanya dengan melihat laman sosial media seseorang.
Terutama dalam hal ini, laman sosial media seperti Instagram, Facebook, Whatsapp dan TikTok. Berikut hasil survey HootSuite yang sangat menarik perhatian saya:

*Perangkat Mobile yang terhubung: 370,1 juta (tahun 2021: 345,3 juta/naik 3,6%).
*Pengguna Internet: 204,7 juta (2021: 202,6 juta/naik 1%).
*Pengguna Media Sosial Aktif: 191,4juta (2021: 170 juta, naik 12,6%)

*Rata-rata setiap hari waktu melihat televisi (broadcast, streaming dan video tentang permintaan): 2 jam, 50 menit (sama dengan tahun sebelumnya).
*Rata-rata setiap hari waktu menggunakan media sosial melalui perangkat apa pun: 3 jam, 17 menit.
*Rata-rata setiap hari waktu menghabiskan mendapatkan musik: 1 jam, 30 menit (2021: 1 jam, 30 menit/naik 11,1%).
*Rata-rata setiap hari waktu bermain game: 1 jam, 19 menit (2021: 1 jam, 16 menit/naik 3,9%).

*Pengguna Instagram di Indonesia sebanyak 84,8% dari jumlah populasi, tahun sebelumnya 86,6% (turun).
*Pengguna Facebook di Indonesia sebanyak 81,3% dari jumlah populasi, tahun sebelumnya 85,5% (turun).
*Pengguna Tiktok di Indonesia sebanyak 63,1% dari jumlah populasi, tahun sebelumnya 38,7% (naik pesat).

*Prosentase pengguna Instagram berjenis kelamin perempuan: 52,3%
*Prosentase pengguna Instagram berjenis kelamin laki-laki: 47,7%
Data-data diatas menunjukkan perubahan yang cukup signifikan dalam waktu setahun terakhir. Terutama pengguna Instagram dan TikTok. Dalam sehari, rata-rata orang mengahabiskan waktunya berselancar dimedia sosial selama hampir 4 jam. Bayangkan!
Bagaimana seandainya 4 jam itu diganti dengan hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar scrolling timeline sosmed untuk kepo in kehidupan seseorang ataupun hanya untuk melihat orang-orang berjoget TikTok yang ujung-ujungnya sebenarnya hanya memperkaya si content creator tersebut?
Januari hingga Februari 2022 kemarin saya sempat melakukan eksperimen kecil-kecilan terkait hal ini. Selama 30 hari saya berhenti menggunakan sosial media terutama Instagram. Sedangkan TikTok saya memang tidak punya aplikasinya. Dan untuk Whatsapp itu tidak terhindarkan karena sudah menjadi wadah untuk berkomunikasi. Serta Youtube dan Google hanya dibuka jika ingin mencari informasi penting. Sisanya seperti Facebook dan Twitter memang sudah lama saya tidak pergunakan.
Saya hanya memakai handphone ketika sedang mencari informasi penting atau sedang ingin mengabari sesuatu hal penting kepada seseorang. Sisanya saya menggunakan airplane mode. Dan apa efek yang saya rasakan tanpa sosial media selama 30 hari?
Tenang dan Lebih Mindfulness
Saya merasa lebih tenang karena tidak diganggu dengan tayangan sosial media seseorang yang kerap kali menampilkan gaya hidup atau pencapaian seseorang. Dalam hal ini bukannya saya iri terhadap pencapaian seseorang. Namun kadang, ketika kita terus menerus melihat gaya hidup yang ditampilkan seseorang di sosmed akan membuat kita cepat merasa kurang bersyukur dan jadi membandingkan diri dengan orang lain. Itu tidaklah salah. Itu memang sifat naluri manusia. Maka dari itu, kita sendiri yang harus mampu membatasi diri untuk tidak memasukkan tayangan dan pemandangan yang pada akhirnya memmbuat kita jadi kurang bersyukur.
Disamping itu, saya merasa lebih mindfulness. Saya jadi lebih memperhatikan detail-detail kecil yang sering kali dilewatkan. Saya lebih sering merenungi hal-hal baik yang telah terjadi didalam hidup ini. Mulai dari kesehatan, pasangan hidup, orangtua, mertua, saudara, pertemanan, pekerjaan dan hal-hal kecil seperti angin segar yang bertiup, daun-daun pohon yang bergoyang, awan biru yang bersih, dan teriknya matahari. Bahkan saya memerhatikan makanan apa yang saya makan, bagaimana teksturnya sambil memikirkan bagaimana dan apa usaha yang sudah dilakukan sehingga makanan tersebut terhidang didepan saya.
Hal-hal seperti itu sampai bisa saya perhatikan padahal sebelumnya saya merasa tidak pernah memikirkan hal-hal demikian. Saya lebih fokus hadir utuh dimomen saat ini tanpa terdistraksi oleh kehidupan seseorang dilaman sosmednya. Sukacita yang ntah darimana hadir begitu saja saat kita fokus hadir menikmati apa yang kita punya dan belum kita punya. Damai sekali.
Dan yang paling penting, saya jadi lebih hadir utuh ketika berkomunikasi dengan seseorang. Yang sebelumnya saya ketika berkomunikasi kadang sambil memegang handphone, namun ketika tidak bermain sosmed saya bisa hadir penuh mendengarkan seseorang bercerita. Saya tidak merasa membuang waktu ataupun diburu-buru waktu. Waktu 30 hari pun berlalu dengan penuh momen dan kenangan yang sangat berkesan.
Jadi Malas untuk Kembali Aktif Main Sosmed
Ketika waktu 30 hari berlalu, saya mencoba untuk kembali menggunakan sosial media. Hal pertama yang saya lakukan ada kembali melakukkan install aplikasi Instagram di handphone saya. Perasaan yang saya rasakan pertama kali adalah saya bingung mau melakukan apa di Instagram. Saya coba scroll timeline , terus saya buka story-story. Tidak sampai 5 menit saya langsung keluar lagi dari aplikasi tersebut.
Saya merasa bosan bahkan bisa dibilang hampir muak. Saya langsung sadar karena memang tanpa tahu kehidupan orang di sosial media pun saya tetap hidup, sehat dan baik-baik saja. Tidak adalagi perasaan takut ketinggalan informasi karena sejatinya jika memang informasi itu memang ’sepenting itu’ pasti kita akan tahu dengan sendirinya.
Jika memang ada orang yang betul-betul peduli dan dekat dengan kita, mereka pasti akan mencari kita secara langsung. Ntah menelfon, video call ataupun chatting pada Whatsapp. Tidak perlu bersusah-susah melakukan update foto ataupun story pada sosial media untuk menarik perhatian orang. Percayalah, orang yang benar-benar peduli pada kita akan menghubungi kita ketika memang sudah tiba saatnya.
Menghindari penggunaan sosial media seumur hidup bisa dikatakan mustahil mengingat apapun kegiatan, pekerjaan dan latar belakang kita sudah terhubung dengan internet dan sosial media. Saya pun sampai sekarang masih suka main Instagram, terutama ketika mencari informasi penting ataupun hanya sekedar memposting hal-hal remeh temeh untuk selingan sesaat. Begitu sudah selesai, saya langsung logout tanpa peduli adanya jumlah like atau direct message yang masuk. Saya akan kerjakan itu nanti ketika saya memang butuh login Instagram lagi.
Namun, kita juga perlu melakukan batasan misalkan dengan puasa sosial media selama seminggu atau sebulan. Ataupun bisa dengan membuat schedule membuka sosial media pada jam-jam tertentu saja. Ini perlu kita lakukan agar bisa tetap sehat secara jasmani dan rohani.
Selamat mencoba!
stay waras, good people!
-Bethaniafeby-
Hai mbak Feb, tulisannya menarik sekali 🙂
Saya juga pernah puasa sosmed selama seminggu. Saya ngerasa jadi “manusia” sungguhan, yang bisa fokus interaksi sama orang lain, mendengarkan betul apa yang orang lain cerita dan lebih dekat sama keluarga.
Biasanya kalau nidurin anak saya sambil sekrol instagram, saat puasa sosmed, anak betul-betul dalam pelukan saya ketika ia tidur 😀
Saya setuju seperti yang mbak katakan, kita gak bisa menghindari yang namanya sosmed. Tetapi penggunaanya bisa dibatasi.
SukaSuka